Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

KKP-FAO Soft Launching Aplikasi Pelaporan Cepat Penyakit Ikan

KKP-FAO Soft Launching Aplikasi Pelaporan Cepat Penyakit Ikan Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Organisasi Pangan dan Pertanian Persatuan Bangsa-Bangsa (FAO) melakukan soft launching aplikasi Sicekatan (Sistem Pelaporan Cepat Penyakit Ikan). 

Aplikasi Sicekatan merupakan capaian terbesar dari Technical Cooperation Programme TCP/INS/3903 project Enhancing preparedness and response system on aquatic animal disease to support blue economy transformation.  

Baca Juga: Pemenang Hibah DBS Foundation Sukses Ubah Limbah Sampah Jadi Berkah

KKP dan FAO melaporkan keberhasilan dan pembelajaran Program Kerja Sama TCP/INS/3903 yang dilaksanakan sejak pertengahan 2023 hingga awal 2025 dalam lokakarya akhir proyek.

Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu menjelaskan bahwa proyek dua tahun TCP/INS/3903 ini sangat penting dalam mengimplementasikan salah satu kebijakan KKP yaitu pengembangan perikanan budi daya di laut, pesisir dan darat yang berkelanjutan berbasis ekonomi biru. 

“Proyek kerja sama ini sangat mendukung sub sektor perikanan budi daya yang menjadi salah satu tulang punggung percepatan target swasembada pangan dan ketahanan pangan nasional,” kata Dirjen Tebe, dikutip dari siaran pers KKP, Jumat (21/3).

Dirjen Tebe menegaskan program ekonomi biru Menteri Sakti Wahyu Trenggono berhasil meningkatkan produksi ikan hasil budidaya di tahun 2024, yakni meningkat sebesar 13,64% dari tahun sebelumnya. 

Tantangan dalam produksi perikanan budidaya diantaranya serangan penyakit yang menginfeksi ikan berupa virus, bakteri, jamur maupun parasit. 

“Melalui kolaborasi kerjasama dengan FAO ini sangat membantu dalam meningkatkan kesiapsiagaan pengendalian penyakit ikan melalui peningkatan sistem tanggap darurat wabah penyakit ikan di Indonesia,” jelas Tebe.

Lanjut Tebe menyebutkan tiga output dari proyek kerja sama TCP/INS/3903 yaitu peningkatan kapasitas penilaian risiko guna meminimalisir risiko masuk dan tersebarkan penyakit ikan, penguatan kapasitas Pos Pelayanan Kesehatan Ikan dan Lingkungan Terpadu (POSIKANDU). Terakhir yaitu peningkatan keterampilan dan pengetahuan dalam perencanaan tanggap darurat penyakit ikan.

Direktur Ikan Air Laut Ditjen Perikanan Budi Daya KKP, Tinggal Hermawan menjelaskan beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan dalam pencapaian output pertama yaitu review dan updating aplikasi Indonesian aquatic animal disease alert system (IAADAS) dan software sistem monitoring penyakit ikan (SSMPI), pelatihan manajemen kesehatan ikan dan assessment posikandu.

Sementara kegiatan yang telah dilaksanakan dalam output kedua yaitu pelatihan petugas posikandu, sosialisasi AMU/AMR dan survey AMU serta surveilan AMR. 

Terakhir, beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan dalam mencapai output 3 yaitu penyusunan dokumen perencanaan kontijensi dan tindakan tanggap darurat enteric septicaemia of catfish dan streptococcis dan pelatihan (simulasi) tanggap darurat bagi gugus tugas tanggap darurat penyakit ikan.

“Capaian keberhasilan dari kerja sama TCP/INS/3903 adalah terlaksananya assessment POSIKANDU, tersedianya dokumen perencanaan kontijensi dan tindakan tanggap darurat untuk dua penyakit ikan yaitu enteric septicaemia of catfish dan streptococcis. Selain itu munculnya sistem informasi aplikasi SSMPI dan SICEKATAN versi web dan juga aplikasi SICEKATAN versi mobile. Aplikasi tersebut diharapkan dapat diakses pada minggu kedua April 2025,” jelas Tinggal.

Aplikasi Sicekatan

Aplikasi Sicekatan merupakan salah satu capaian terbesar proyek karena berhasil memperbarui sistem peringatan dini penyakit ikan di Indonesia menjadi berbasis Android yang lebih modern, dibanding sebelumnya hanya berbasis layanan pesan singkat (SMS). 

Melalui aplikasi Sicekatan, pembudidaya ikan dapat melaporkan gejala dan dokumentasi penyakit ikan dengan lebih mudah dan mendapatkan saran penanganan dengan cepat dan tepat dari gugus tugas tanggap darurat penyakit ikan. Jika diperlukan, sistem ini juga melibatkan pengujian laboratorium guna menghadirkan solusi penanganan yang lebih spesifik. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

Advertisement

Bagikan Artikel: