
“Sebelumnya sistem peringatan penyakit yang berbasis SMS, data dari pembudi daya ikan mengenai kejadian penyakit ikan sangat terbatas. Melalui dukungan proyek kerjasama ini, sistem Sicekatan ini telah dioptimalkan menjadi sistem berbasis Android yang lebih mudah diakses dan praktis serta dilengkapi dengan lebih banyak informasi dan juga menu yang interaktif. Dengan begitu, diharapkan koordinasi dalam penanganan penyakit ikan oleh gugus tugas dapat menjadi lebih cepat,” kata Kepala Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor-Leste, Rajendra Aryal.
Rajendra Aryal mengatakan proyek TCP/INS/3903 ini juga telah meningkatkan kemampuan dan pengetahuan garda terdepan di berbagai tingkatan, mulai dari pembudi daya hingga petugas lapangan POSIKANDU serta tim gugus tugas tanggap darurat dalam penanganan darurat penyakit ikan.
“Sebanyak 25 petugas Posikandu telah dibekali pelatihan dalam investigasi wabah, serta pengawasan dan pelaporan penyakit ikan. Selain itu, lebih dari 130 pembudidaya ikan, penyuluh perikanan, petugas laboratorium serta gugus tugas tanggap darurat telah ditingkatkan kapasitasnya terkait resistensi antimikroba (AMR), pengelolaan penyakit ikan serta penanganan tanggap darurat dan juga perencanaan kontijensi untuk penyakit ikan utamanya pada patin dan nila,” jelas Rajendra Aryal.
Sebelumnya Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mendorong produktivitas sektor perikanan dengan memasukkan pengembangan budidaya berkelanjutan di pesisir, darat, dan laut sebagai program prioritas KKP.
Pengembangan perikanan budidaya untuk mendukung program ketahanan pangan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, serta menjaga keberlanjutan populasi perikanan di alam.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement