OJK Pastikan Ketahanan Perbankan Terjaga Meski Geopolitik Memanas

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengklaim bahwa sistem perbankan nasional tetap berada dalam kondisi kuat dan resilien, meskipun tekanan geopolitik dan ketidakpastian global terus membayangi.

Acuannya, hingga Mei 2025, rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) industri perbankan tercatat mencapai 25,51%, menjadi bantalan penting dalam menjaga stabilitas keuangan nasional.

“Ketahanan perbankan juga cukup kuat yang terindikasi dari capital adequacy ratio yang tercatat sebesar 25,51% di bulan Mei dan itu menjadi bantalan bagi perbankan kita untuk menghadapi dinamika global maupun ketidakpastian,” ujar Kepala Departemen Perizinan dan Manajemen Krisis Perbankan OJK, Aslan Lubis, dalam seminar yang digelar oleh PT PEFINDO Biro Kredit, Kamis (10/7/2025).

Baca Juga: Perbankan Nasional Gencar Terbitkan Obligasi, Perkuat Pembiayaan Jangka Panjang

Aslan menyebut struktur permodalan perbankan saat ini memungkinkan ekspansi kredit tetap berjalan dengan prinsip kehati-hatian. Ia menekankan bahwa sektor perbankan Indonesia tetap adaptif dalam menyikapi perubahan global dan domestik.

Di sisi lain, kualitas aset perbankan juga tetap terjaga. Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) gross tercatat sebesar 2,29%, sementara NPL net berada di angka 0,85%. Adapun rasio Loan at Risk (LaR) tercatat sebesar 9,93%, membaik dibandingkan posisi sebelum pandemi Covid-19 pada Desember 2019.

Baca Juga: Kredit Perbankan Mei 2025 Melambat, BI Tetap Optimistis

Meski demikian, OJK mengingatkan agar perbankan tetap mewaspadai risiko eksternal, terutama yang bersumber dari konflik geopolitik seperti perang dagang, tensi di Timur Tengah, dan ketegangan di kawasan Eropa Timur.

"Kami mendorong perbankan tetap adaptif dan menjaga prinsip kehati-hatian, terutama dalam menyikapi perubahan pola konsumsi dan preferensi generasi muda terhadap layanan keuangan,” ujar Aslan.