Kredit Foto: SCMP
Ma Huateng menjadi salah satu nama yang tidak bisa diremehkan di dunia teknologi. Ia adalah sosok di balik lahirnya aplikasi populer, seperti WeChat dan Fortnite. Berkat itu, CEO Tencent ini menjadi salah satu miliarder terkaya di Asia.
Ma Huateng lahir pada 29 Oktober 1971 di Chaoyang, Shantou, Provinsi Guangdong, Tiongkok. Ia dibesarkan dalam keluarga sederhana. Sang ayah, Ma Chenshu, bekerja sebagai manajer pelabuhan di Shenzhen.
Sejak kecil, Ma kerap menemani sang ayah bekerja di pelabuhan. Pengalaman ini mungkin tidak berkaitan langsung dengan teknologi, tetapi membentuk karakter disiplin dan kerja keras dalam dirinya. Ketertarikan Ma pada dunia teknologi mulai tumbuh sejak remaja. Ia melanjutkan studi di Universitas Shenzhen pada 1989 dan meraih gelar sarjana Ilmu Komputer pada 1993.
Karier Ma Huateng dimulai dengan bekerja di perusahaan telekomunikasi China Motion Telecom Development. Di sana, ia bertugas mengembangkan perangkat lunak untuk pager. Setelah itu, ia sempat bergabung dengan Shenzhen Runxun Communications di bagian penelitian dan pengembangan layanan panggilan internet.
Namun, ambisinya tidak berhenti pada status karyawan. Pada November 1998, bersama empat teman kuliahnya, yaitu Chen Yidan, Zhan Zhidong, Xu Chenye, dan Zhen Liqing, Ma mendirikan perusahaan teknologi bernama Tencent. Perjalanan ini didukung penuh oleh keluarga, sang ayah membantu urusan keuangan, sementara ibunya, Huang Huiqing, turut mendaftarkan perusahaan secara resmi.
Baca Juga: Perjalanan Gudang Garam dari Pabrik Kecil di Kediri hingga Sukses jadi Merek Besar di Indonesia
Produk pertama Tencent adalah layanan pesan instan bernama OICQ (Open ICQ) yang terinspirasi dari aplikasi ICQ milik AOL. Meski sempat terkena gugatan hak cipta, Tencent dengan cepat beradaptasi dan mengganti nama aplikasinya menjadi QQ pada tahun 2000. QQ menjadi sangat populer dan pada akhir 1999 telah memiliki satu juta pengguna sehingga membuatnya menjadi aplikasi pesan terbesar di Tiongkok.
Namun di balik lonjakan pengguna itu, Tencent menghadapi tantangan besar, yaitu cara memonetisasi layanan gratis tersebut. Ma dan timnya kemudian mengembangkan ide penjualan barang virtual dalam platform game mereka yang sebuah terobosan yang terbukti sangat menguntungkan.
Pada tahun 2004, Tencent melantai di bursa saham Hong Kong dan berhasil meraih dana sebesar US$200 juta. Dana ini mendorong ekspansi besar-besaran, termasuk peluncuran QQ.com, portal berita dan hiburan yang memperkuat dominasi Tencent di dunia digital.
Tahun 2005, Tencent merambah dunia e-commerce dengan meluncurkan Paipai.com, rival langsung Alibaba. Kemudian, pada 2008, Ma mulai melisensikan berbagai game dan juga menciptakan game internal Tencent.
Puncaknya terjadi pada 2011, saat Tencent merilis WeChat (Weixin di China). Aplikasi ini bukan hanya sekadar layanan chatting, melainkan platform super yang mencakup jejaring sosial, pembayaran digital (WeChat Pay), game, hingga layanan transportasi. WeChat tumbuh menjadi salah satu aplikasi paling berpengaruh di dunia dengan lebih dari 1 miliar pengguna aktif.
Baca Juga: Cerita Tony Fernandes Menyelamatkan Maskapai AirAsia hingga Sukses Merajai Asia
Di bawah kepemimpinan Ma Huateng, Tencent tak hanya menguasai pasar Tiongkok, tetapi juga menggurita ke panggung internasional. Perusahaan ini membeli saham mayoritas di berbagai perusahaan game global seperti Riot Games (League of Legends), Epic Games (Fortnite), dan Activision Blizzard (Call of Duty). Tencent pun dikenal sebagai pemilik kerajaan game online terbesar di dunia.
Tencent juga terus berinvestasi dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI), logistik, mesin pencari seperti Sogou.com, serta sektor e-commerce lewat China South City Holdings Ltd.
Menurut Forbes pada 2018, kekayaan Ma Huateng diperkirakan mencapai US$ 51,4 miliar, menjadikannya salah satu orang paling kaya di Asia, bahkan dunia. Namun berbeda dengan miliarder lain yang gemar tampil di media, Ma justru memilih jalur sepi. Ia lebih dikenal sebagai pemikir strategis yang lebih suka bekerja di balik layar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement