Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bos Unilever Bongkar Tiga Pilar Strategi Jadi Arah Pertumbuhan Unilever di Sisa 2025

Bos Unilever Bongkar Tiga Pilar Strategi Jadi Arah Pertumbuhan Unilever di Sisa 2025 Kredit Foto: Uswah Hasanah
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menegaskan arah bisnis 2025 akan berfokus pada inovasi produk, ekspansi pasar, dan efisiensi digital. 

Presiden Direktur Unilever Indonesia Benjie Yap mengatakan strategi perusahaan disusun melalui tiga pilar utama yakni memperkuat bisnis inti, membentuk pasar baru, dan meningkatkan dampak melalui efisiensi operasional.

“Prioritas strategis kami terstruktur di sekitar tiga pilar penting: Get More from the Core, Market Makers, dan Step-Up Impact,” ujar Benjie dalam paparan publik, Rabu (15/10/2025). 

“Melalui tiga pilar ini, kami memastikan portofolio kami tetap relevan, inovatif, dan kompetitif di tengah dinamika pasar yang berubah cepat,” imbuhnya.

Benjie menjelaskan, Unilever akan terus memperkuat merek utama seperti Pepsodent, Royco, Bango, Lifebuoy, dan Rinso melalui inovasi dan relaunch produk. Langkah ini menjadi bagian dari strategi perusahaan untuk memaksimalkan potensi bisnis inti sekaligus memperluas jangkauan konsumen di berbagai segmen.

Dalam pilar kedua, Market Makers, Unilever mengembangkan strategi harga berlapis dengan menargetkan dua segmen berbeda, premium dan value. 

Di segmen premium, perusahaan meluncurkan produk-produk kecantikan dengan formulasi mutakhir seperti Vaseline Gluta-Hya dan Close-Up White Now, yang menyasar konsumen kelas menengah atas. 

Sementara di segmen nilai, Unilever memperkenalkan kemasan kecil dan harga terjangkau untuk memperluas akses konsumen massal. Contohnya, Glow & Lovely Derma Glow Multivitamin Cream kini hadir dalam ukuran kecil, sementara Bango dan Rinso dijual dalam kemasan mini seharga Rp1.000 dan Rp500.

“Kami ingin tetap hadir di seluruh spektrum nilai agar lebih banyak konsumen Indonesia dapat menikmati produk kami,” kata Benjie. 

Strategi ini, menurutnya, penting untuk menjaga daya saing di tengah tekanan ekonomi dan perubahan perilaku konsumen.

Selain inovasi produk dan strategi harga, Benjie menekankan pentingnya transformasi digital di lini distribusi dan penjualan. Melalui program Distributive Trade Digital Transformation, Unilever mengubah sistem hubungan dengan mitra dagang menggunakan alat digital yang meningkatkan efisiensi rantai pasok dan visibilitas pasar.

Inisiatif digital ini disebut berhasil mendorong penjualan langsung (direct trade) naik 12% hingga Juni 2025. Pertumbuhan tersebut didukung peningkatan 12% jumlah tenaga penjualan dan 4% pada variasi produk yang ditawarkan, yang menurut Benjie mencerminkan efektivitas transformasi di tingkat operasional.

“Investasi kami di jalur distribusi dan alat digital telah menghasilkan momentum yang kuat. Penjualan langsung meningkat, produktivitas outlet membaik, dan kemampuan eksekusi tim penjualan semakin tinggi,” jelasnya.

Benjie menambahkan, langkah-langkah tersebut menjadi bagian dari upaya Unilever menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan di tengah volatilitas ekonomi. 

Transformasi menyeluruh dari sisi inovasi, strategi harga, dan digitalisasi diharapkan memperkuat posisi Unilever sebagai pemimpin pasar barang konsumsi cepat saji (FMCG) di Indonesia.

“Kami akan terus mengeksekusi strategi dengan disiplin dan fokus pada pelanggan. Tujuan kami jelas, menyeimbangkan pertumbuhan dan profitabilitas sambil menjaga relevansi merek di hati konsumen,” tutup Benjie.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: