Tetra Pak Suntik Rp2 Triliun untuk Inovasi Kemasan Ramah Lingkungan

Tetra Pak dalam Laporan Keberlanjutan 2024 mencatatkan investasi sekitar €100 juta atau hampir Rp2 triliun untuk mempercepat riset dan pengembangan kemasan berkelanjutan yang tetap menjamin keamanan pangan global.

Tercatat, sejak 2019, Tetra Pak berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 25% pada seluruh rantai nilainya, dengan tambahan perbaikan lima poin persentase dibandingkan 2023.

Di sisi operasional, emisi bahkan turun hingga 54%, sementara konsumsi energi terbarukan mencapai 94%.

Dengan adanya pencapaian tersebut menempatkan Tetra Pak pada jalur menuju target net zero di 2030, sekaligus menegaskan arah investasi hijau perusahaan dalam teknologi rendah karbon.

Baca Juga: Menko Airlangga Dorong Kemitraan Sektor Swasta RI-AS Berperan Lebih Aktif Dukung Ekonomi Berkelanjutan

Diketahui bahwa beberapa hasil risetnya adalah kemasan Tetra Brik® Aseptic 200 Slim Leaf dengan lapisan berbasis kertas dan tutup polimer yang mudah didaur ulang dan tutup kemasan berbahan polimer yang mudah didaur ulang bersama Elle & Vire.

Selain fokus pada teknologi kemasan, Tetra Pak juga meluncurkan kerangka kerja Approach To Nature yang berisi lebih dari 20 target terukur untuk menghentikan dampak kerusakan alam dan meningkatkan ketahanan sumber daya air.

Baca Juga: Sektor IKFT Berperan Strategis Dukung Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

Seperti yang diketahui, kondisi geografis Indonesia yang luas dan beragam menghadirkan tantangan sendiri untuk menghadirkan makanan dan minuman yang aman untuk dikonsumsi masyarakat.

“Keberlanjutan tidak hanya tentang mengurangi emisi, tapi juga menciptakan sistem resiliensi yang menguntungkan banyak pihak, lingkungan, dan perekonomian,” jelas Terrynz Tan, Sustainability Director Tetra Pak ASEAN, Kamis (23/10/2025).

Selain itu, demi memperkuat rantai pasok berkelanjutan, Tetra Pak juga melibatkan 150 pemasok global dalam inisiatif Join Us in Protecting The Planet.

Dengan adanya langkah ini menunjukkan bagaimana inovasi dan investasi hijau dapat berjalan berdampingan dalam memperkuat daya saing industri manufaktur pangan dunia.