Jaga Kinerja Solid hingga Akhir September 2025, Laba dan Kredit SMBC Indonesia Tumbuh
Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
PT Bank SMBC Indonesia Tbk (SMBC Indonesia) menjaga kinerja solid sepanjang periode Januari–September 2025 dengan merespons dinamika pasar serta pergeseran kebijakan moneter secara cepat dan efektif.
Keberhasilan menghadapi lanskap makroekonomi dan mikroekonomi yang menantang pada periode tersebut mendorong peningkatan laba operasional serta pertumbuhan penyaluran kredit.
Baca Juga: Inovasi Berkelanjutan dan Kolaborasi Kuat dengan Ekosistem Keuangan Digital Dorong Kinerja Bank Jago
“Kami berupaya menciptakan dampak berkelanjutan dengan mendukung kemajuan ekonomi Indonesia, mendorong kesejahteraan nasabah, dan memberdayakan komunitas menuju pertumbuhan berkelanjutan. Seluruh upaya ini kami lakukan berlandaskan pola pikir adaptif serta komitmen terhadap pertumbuhan yang bermakna,” ucap enoch Munandar, Direktur Utama SMBC Indonesia, dikutip dari siaran pers SMBC Indonesia, Kamis (30/10).
Laporan keuangan konsolidasi SMBC Indonesia periode Januari–September 2025 sudah memperhitungkan kinerja keuangan PT Oto Multiartha (OTO) dan PT Summit Oto Finance (SOF), atau Grup OTO. Keduanya resmi menjadi bagian dari SMBC Indonesia setelah penyelesaian akuisisi pada akhir Maret 2024.
SMBC Indonesia membukukan pendapatan operasional sebesar Rp13,8 triliun, meningkat 11% year-on-year (yoy). Pendapatan bunga bersih juga tumbuh 9% yoy. Margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) yang lebih tinggi mendukung pertumbuhan ini, mencerminkan ketangguhan dan kinerja yang solid dari Perseroan di tengah persaingan pasar.
Kontribusi pasca akuisisi dari Grup OTO mendorong peningkatan NIM Perseroan menjadi 7,1% pada September 2025 dari 6,8% pada periode yang sama tahun sebelumnya. SMBC Indonesia tetap fokus mempertahankan NIM yang sehat di tengah suku bunga kredit yang kompetitif, kenaikan biaya pendanaan, dan volatilitas pasar yang terus berjalan.
Penyaluran kredit mencapai Rp186,2 triliun, meningkat 6% yoy dari Rp175,1 triliun pada tahun sebelumnya. Kredit di segmen retail juga menunjukkan pertumbuhan, seperti Joint Finance (34% yoy), Jenius di luar Digital Mikro (8% yoy), dan Mikro (7% yoy). Kolaborasi Perseroan dengan Grup OTO turut mendorong peningkatan penyaluran di segmen Joint Finance.
Di segmen lain, kredit korporasi dan komersial meningkat 10% yoy, sementara piutang pembiayaan Grup OTO naik 11% yoy.
Biaya kredit meningkat 45% yoy menjadi Rp4 triliun akibat kenaikan pembentukan cadangan di segmen Joint Finance, korporasi, dan komersial, serta pengakuan biaya kredit Grup OTO. SMBC Indonesia akan terus menerapkan praktik manajemen risiko kredit yang cermat dan proaktif, serta menjaga tingkat cadangan yang memadai demi menjaga kualitas portofolio.
Beban operasional meningkat 12% yoy menjadi Rp7,5 triliun, mencerminkan ekspansi bisnis secara keseluruhan serta konsolidasi Grup OTO.
Anak usaha SMBC Indonesia, yaitu PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPN Syariah), mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp945 miliar pada Januari-September 2025, tumbuh 23% yoy, dengan penyaluran pembiayaan mencapai Rp9,8 triliun.
Dengan demikian, SMBC Indonesia mencatat laba bersih konsolidasi setelah pajak yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp1,5 triliun, turun 26% yoy.
Kualitas aset tetap terjaga, dengan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) bruto sebesar 2,8% per September 2025, lebih tinggi dibanding 2,2% setahun sebelumnya, namun membaik dari 3,2% pada akhir Juni 2025. SMBC Indonesia dan Grup OTO terus menjunjung tinggi serta menerapkan praktik manajemen risiko yang disiplin dan penuh kehati-hatian.
Posisi likuiditas dan pendanaan tetap kuat, tercermin di rasio cakupan likuiditas (liquidity coverage ratio/LCR) sebesar 277,8%, rasio pendanaan stabil bersih (net stable funding ratio/NSFR) sebesar 119,9%, serta rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 29,8%.
Kinerja pendanaan tetap kuat, dengan saldo Current Account & Savings Account (CASA) naik 33% yoy menjadi Rp50,6 triliun. Pertumbuhan ini mendorong rasio CASA dari 33,6% pada September 2024 menjadi 42% pada September 2025. Sementara itu, deposito berjangka menurun 7% yoy menjadi Rp69,7 triliun, namun total dana pihak ketiga (DPK) meningkat 6% yoy menjadi Rp120,3 triliun, mencerminkan pengelolaan pendanaan yang seimbang dan tangguh.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement