Setengah Penduduk Belum Punya Rekening, AI Disebut Bisa Jadi Jalan Ninja
Kredit Foto: Istimewa
Tingkat inklusi keuangan Indonesia dinilai masih tertinggal seiring tingginya jumlah masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan. Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, mengungkapkan Indonesia masih menjadi satu dari delapan negara dengan populasi unbanked terbesar di dunia dengan 48% penduduk dewasa belum memiliki rekening bank berdasarkan data Bank Dunia.
Ia menegaskan kondisi tersebut memerlukan terobosan digital yang lebih agresif, terutama pemanfaatan kecerdasan buatan (AI), untuk mempersempit jurang akses keuangan formal.
“Ini tentu saja menjadi tantangan untuk inklusi keuangan,” ujar Nezar, dalam gelaran Indonesia Best Digital Finance Awards 2025 yang diselenggarakan Warta Ekonomi, Jumat (28/11/2025).
Baca Juga: Presiden Prabowo dan Ratu Máxima Bahas Transformasi Inklusi dan Kesehatan Keuangan di Indonesia
Menurutnya, AI membuka peluang penilaian kelayakan kredit yang lebih akurat dan inklusif. Dengan memanfaatkan data alternatif, sistem dapat memetakan profil risiko individu maupun pelaku UMKM yang selama ini tidak memiliki rekam jejak kredit konvensional.
“Dengan memanfaatkan AI, kita bisa membuka kemungkinan-kemungkinan untuk penilaian kelayakan kredit yang lebih akurat dan inklusif,” katanya.
Nezar menilai pendekatan berbasis data tersebut dapat memperluas akses permodalan bagi kelompok yang kerap tersisih dari layanan pembiayaan formal. Teknologi ini juga berpotensi menjadi katalis pengurangan populasi unbanked, terutama di daerah yang minim akses perbankan.
Selain itu, ia menyoroti kemampuan AI dalam personalisasi layanan keuangan. Nezar mencontohkan pendekatan yang diterapkan layanan Kaya, yang menggunakan data pengguna untuk menawarkan solusi keuangan yang lebih tepat sasaran. “Saya kira itu menarik sekali,” ujarnya.
Baca Juga: Kemkomdigi Ingatkan Risiko Satu Klik di Era Digital
Nezar juga menegaskan bahwa teknologi AI dapat meningkatkan efisiensi serta keamanan proses verifikasi identitas, mulai dari know your customer (KYC), customer due diligence (CDD), hingga enhanced due diligence. Seluruh proses tersebut selama ini membutuhkan biaya besar dan waktu panjang.
“Kita bisa meningkatkan efisiensi dan keamanan terutama untuk melakukan KYC,” tuturnya.
Ia menilai seluruh potensi tersebut dapat mempercepat inklusi keuangan sekaligus memperkuat fondasi ekonomi digital Indonesia dalam jangka panjang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement