Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pollux Hotels Group (POLI) Terbitkan SLB Pertama di Hospitality, Tegaskan Posisi sebagai Green Developer

Pollux Hotels Group (POLI) Terbitkan SLB Pertama di Hospitality, Tegaskan Posisi sebagai Green Developer Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pollux Hotels Group Tbk (POLI) resmi mencatatkan SLB I Tahun 2025 di BEI pada Kamis (11/12). Dengan penerbitan Sustainability-Linked Bond ini, POLI menjadi pengembang hospitality pertama di Indonesia yang melakukan langkah tersebut, menegaskan komitmennya sebagai pionir green developer di Indonesia.

Presiden Direktur Pollux Hotels Group, Handojo K. Setyadi, menjelaskan bahwa penerbitan SLB ini merupakan langkah strategis perusahaan untuk memperkuat model bisnis yang berkelanjutan. Obligasi yang bernilai Rp500 miliar tersebut berhasil mendapatkan jaminan penuh dan tanpa syarat dari Credit Guarantee and Investment Facility (CGIF), sebuah fasilitas di bawah Asian Development Bank (ADB).

Handojo menambahkan, “Dukungan ini menjadi bentuk kepercayaan internasional terhadap fundamental keuangan kami sekaligus pengakuan bahwa pengurangan emisi karbon, efisiensi energi, dan pengelolaan sumber daya telah menjadi inti strategi perusahaan,” ujarnya, menyoroti pentingnya dukungan tersebut.

Baca Juga: Pollux Hotels Group (POLI) Lunasi Kredit Rp100 Miliar ke BNI Lebih Awal, Buktikan Kesehatan Keuangan

Pollux menunjuk PT Korea Investment and Securities Indonesia (KISI) sebagai penjamin pelaksana emisi, Bank BJB sebagai wali amanat, dan menggandeng Irma & Solomon Law Firm, KAP Kanaka Puradireja Suhartono, serta Notaris Elisabeth Karina Leonita untuk aspek legal.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, mengungkapkan bahwa SLB ini meraih peringkat AAA Corporate Guarantee dari CGIF, menjadikannya instrumen berisiko sangat rendah bagi investor.

Menurut Nyoman, dana hasil penerbitan akan digunakan untuk refinancing fasilitas kredit serta memperkuat inisiatif keberlanjutan di seluruh aset Pollux.

“Kami berharap perusahaan dapat membangun struktur keuangan yang lebih sehat dan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya untuk menurunkan jejak karbon,” ujarnya.

BEI menilai instrumen ini mampu memperkaya pilihan investasi di pasar modal dengan kupon yang kompetitif.

Director of Social and Environmental Compliance Pollux Hotels Group, Jo Diana Po, mengatakan bahwa minat pasar terhadap SLB POLI sangat tinggi. Dari target Rp500 miliar, jumlah penawaran yang masuk hampir dua kali lipat.

Mayoritas investor memilih tenor lima tahun dengan kupon 6,25 persen. “Ini bukti bahwa pasar siap dan percaya bahwa Indonesia sedang bergerak menuju standar ESG global,” kata Diana.

Menurut dia, penerbitan SLB ini juga menjadi pengingat bahwa keberlanjutan bukan sekadar slogan. Tragedi di Sumatera yang menelan hampir seribu korban jiwa, ratusan luka-luka, dan banyak korban hilang, menjadi penegas bahwa penerapan ESG perlu dilakukan secara serius dan kolaboratif.

“ESG tidak bisa hanya dibebankan pada pemerintah. Industri harus berinvestasi dalam teknologi hijau, dan masyarakat perlu memahami urgensi keberlanjutan,” ujarnya.

Pollux Hotels Group menyatakan bahwa dana SLB tidak hanya untuk refinancing, tetapi juga mendukung program keberlanjutan seperti, Pengurangan emisi karbon, Peningkatan efisiensi energi, Optimalisasi sistem pendingin, Peningkatan daur ulang air limbah dan condensate, serta Pengurangan non-revenue water melalui deteksi kebocoran dan pemeliharaan pipa.

Baca Juga: Asosiasi Hotel dan Pedagang Pasar Desak Penundaan Raperda KTR DKI, Dinilai Merugikan Sektor Usaha

Handojo menegaskan bahwa pertumbuhan bisnis harus berjalan seiring dengan keberlanjutan lingkungan. “Pertumbuhan bisnis tidak boleh dipisahkan dari pengelolaan risiko dan dampak ekologis,” ujarnya.

Melalui penerbitan SLB ini, Pollux berharap tidak hanya memberikan nilai tambah bagi investor, tetapi juga menjadi rujukan praktik pembiayaan berkelanjutan di sektor hospitality.

“Kami ingin instrumen ini menjadi contoh konkret bagi industri properti di Indonesia,” tutup Handojo.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: