Bangun Ekosistem Pertahanan Mandiri, Strategi PT Len Industri Jawab Tantangan Industri Alutsista Nasional
Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Transformasi pertahanan nasional tidak lagi semata ditentukan oleh jumlah alutsista, melainkan oleh kekuatan industri di belakangnya. Dalam konteks inilah PT Len Industri (Persero) memainkan peran strategis sebagai penggerak ekosistem industri pertahanan nasional berbasis teknologi tinggi dan kemandirian sistem.
Di tengah dinamika geopolitik global dan ketidakpastian rantai pasok internasional, Len menempatkan penguasaan teknologi elektronika pertahanan sebagai fondasi utama. Fokusnya bukan hanya pada produk akhir, tetapi pada pengendalian critical technologies yang menentukan interoperabilitas, keandalan sistem, dan keberlanjutan operasional alutsista lintas matra.
Senior General Manager Corporate Secretary PT Len Industri (Persero), Dewanda Dwi Putera, menegaskan bahwa kekuatan industri pertahanan modern terletak pada kemampuan integrasi sistem.
Melalui penguasaan C4ISR, sistem komando dan kendali, komunikasi militer terenkripsi, combat management system, hingga tactical data link, Len memastikan platform darat, laut, dan udara dapat beroperasi dalam satu arsitektur sistem yang terintegrasi.
“Industri pertahanan tidak cukup hanya mampu memproduksi perangkat keras. Yang jauh lebih krusial adalah penguasaan sistem dan kemampuan integrasi. Di situlah Len mengambil peran,” kata Dewanda di Bandung, Kamis (18/12/2025).
Pendekatan ini sekaligus menjawab tantangan klasik industri alutsista nasional, yakni ketergantungan pada vendor asing untuk sistem inti. Dengan menguasai system architecture dan mission-critical software, Len memperkuat posisi Indonesia sebagai system owner, bukan sekadar pengguna.
Baca Juga: OJK Siapkan Asuransi Kredit untuk Dukung Ekosistem Pindar
Di sisi lain, Len juga mendorong pengembangan teknologi dual-use yang relevan bagi kebutuhan militer dan industri nasional. Motor listrik taktis SPRINT menjadi contoh inovasi mobilitas senyap yang tidak hanya strategis secara militer, tetapi juga memperluas kompetensi industri nasional di bidang kendaraan listrik. Sementara, pengembangan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) memperkaya kapabilitas industri pertahanan dalam teknologi sensor, data, dan pengambilan keputusan berbasis intelijen.
Senior Vice President Business Development & Global Partnership PT Len Industri (Persero), Sena Maulana, menekankan bahwa strategi Len selaras dengan agenda pembangunan nasional melalui Program ASTA CITA. Bagi industri pertahanan, ASTA CITA tidak hanya dimaknai sebagai kebijakan, tetapi sebagai arah pembangunan kapabilitas jangka panjang.
“Peningkatan kekuatan komponen utama pertahanan merupakan prioritas nasional. Karena itu, ASTA CITA Len kami tetapkan sebagai pedoman strategis untuk memperkuat kemandirian teknologi, meningkatkan kapasitas industri, dan membangun rantai nilai pertahanan nasional,” jelas Sena.
Program ASTA CITA Len dirancang untuk mendorong penguatan domestic defense industrial base, mulai dari penguasaan teknologi inti, peningkatan local content, hingga pembangunan sumber daya manusia unggul di bidang sains dan teknologi. Dengan fokus pada integrasi sistem, penguasaan teknologi strategis, dan pengembangan SDM, PT Len Industri memosisikan diri sebagai katalis ekosistem pertahanan nasional menghubungkan kebutuhan operasional TNI, kebijakan negara, dan kapasitas industri dalam satu kerangka kemandirian yang berkelanjutan.
"Pendekatan ini menjadi kunci agar industri pertahanan nasional tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga berdaya saing di pasar global," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement