Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Lima Manfaat RTB bagi Keberlanjutan Lingkungan

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Sejumlah tokoh masyarakat Bali menyebutkan sedikitnya ada lima manfaat revitalisasi Teluk Benoa (RTB) untuk keberlanjutan lingkungan di Teluk Benoa khususnya dan Bali umumnya. Kelima manfaat itu, yakni sehatnya hutan bakau di Teluk Benoa, tercegahnya banjir, bertambahnya ruang hijau terbuka, terpulihkannya kawasan konservasi Pulau Pudut, dan mengembalikan kehidupan biota laut.

Demikian disampaikan Ketua Badan Independen Pemantau Pembangunan dan Lingkungan Hidup Bali Komang Gde Subudi dan tokoh agama Hindu Bali I Ketut Wiana ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (26/1/2016).

Komang Gde Subudi menyatakan luasan perairan di Teluk Benoa itu sekitar 1.400 meter, hampir seluruh permukaannya mengalami endapan lumpur (sedimentasi), yakni seluas 1.100 meter. Bila dibiarkan, penumpukan sedimentasi itu akan bertambah tiap tahunnya sehingga menyebabkan terhalangnya alur air laut untuk sampai ke hutan bakau. Ekosistem bakau pun bakal terancam punah diakibatkan tidak terdapatnya asupan air dan terakumulasinya bahan pencemar dari daratan yang tidak dapat digelontorkan ke luar teluk.

"Revitalisasi nantinya mengatasi sedimentasi itu sehingga hutan bakau bakal tetap sehat karena mendapat asupan air dan terhindar dari pencemaran," katanya.

Isu yang mengatakan hutan bakau akan ditebang demi revitalisasi, ucapnya, adalah tidak benar. Saat pembangunan nanti hutan bakau tidak akan disentuh karena yang akan direklamasi adalah perairan, bukan hutan bakau. Selain itu, jarak aman pengerjaan proyek dari area bakau terluar adalah sekitar 100-200 meter.

"Hutan bakau di Teluk Benoa adalah terbesar di Bali karenanya harus dijaga. Revitalisasi bisa menyehatkan bakau sehingga hutan tetap terjaga," paparnya.

Komang Gde Subudi juga menyatakan bahwa selama ini wilayah sekitar Teluk Benoa kerap dilanda banjir karena sedimentasi, alur air laut yang mati, dan sampah yang menggunung di Teluk. Karenanya, butuh kedalaman, penambahan, penataan, dan perbaikan alur air laut di Teluk Benoa. Kedalaman dan penambahan alur lintasan air ini sangat diperlukan untuk mencegah banjir, terutama pada musim penghujan dan saat air laut pasang.

Memperbaiki kedalaman dan menata alur air, katanya, juga bisa mengencerkan dan menggelontorkan bahan pencemar yang masuk ke teluk sehingga dapat mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup perairan teluk sebagai estuaria yang unik dengan keanekaragaman hayati yang tinggi.

"Dalam konsep revitalisasi disebutkan bahwa yang akan diperbaiki adalah endapan lumpur, alur air laut, dan masalah sampah yang selama ini bermuara ke Teluk Benoa dari beberapa DAS yang terdapat di teluk. Dengan perbaikan tersebut, daerah sekitar teluk akan terbebas dari banjir," katanya.

Banjir juga akan terhindar karena revitalisasi, disebutnya, akan mempertahankan alur alami air laut yang ada di Teluk Benoa dan kanal-kanal air sehingga ketika air masuk ke dalam teluk akan mengalir secara alami dan mengikuti fase pasang surut. Air yang masuk ke Teluk Benoa tidak akan diam, tetapi mengikuti pergerakan aliran arus.

Subudi menjelaskan sekitar 800 hektar dari seluas 1.400 hektar perairan Teluk Benoa yang optimal direvitalisasi, 40 persen atau 320 hektar di antaranya akan diperuntukkan bagi ruang terbuka hijau. Hal ini bisa meningkatkan kealamian kualitas lingkungan hidup Teluk Benoa. Adapun, sisa sekitar 480 hektar dirancang terbangun harmoni dengan mozaik alam dan sosial-budaya masyarakat Bali.

"Paling penting lagi dari rencana revitaliasi ini adalah terpulihkannya kawasan konservasi Pulau Pudut. Pulau Pudut awalnya seluas sekitar delapan hektar kini hanya tersisa sekitar satu hektar berada dalam ancaman abrasi dan degradasi lingkungan yang sangat menghawatirkan. Padahal, kawasan ini memiliki nilai historis ekologi dan sosial-budaya yang tinggi. Revitalisasi berbasis konservasi urgen dilakukan agar dapat memulihkan dan meningkatkan nilai guna Pulau Pudut dan kawasan perairan sekitarnya seperti sediakala," kata Ketut Wiana.

Wiana juga menyatakan bahwa saat ini biota laut di Teluk Benoa jumlahnya sedikit dan sebagian besar telah tercemar oleh bakteri dan limbah/polutan yang mengalir masuk ke teluk. Hal ini tak lain akibat dari sedimentasi dan banyaknya sampah di teluk.

"Jika sudah ada perbaikan kondisi teluk, melalui revitalisasi, yakni kondisi teluk yang bersih dari sampah dan endapan lumpur maka biota laut akan berkembang secara lebih baik dan memberikan value added bagi masyarakat pesisir. Revitalisasi itu mengembalikan eksistensi alam yang ada di sana ke kondisi yang sebenarnya," kata Wiana.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: