Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

DPR Dukung Budi Daya Udang Vanamei

Warta Ekonomi -

WE Online, Palu - Wakil Ketua Komisi I DPR RI Ibnu Multazam mendukung penyediaan dana APBN untuk pengembangan budi daya udang vanamei dengan teknologi supra intensif yang kini dikembangkan di Sulawesi Tengah.

"Saya setuju sekali kalau tambak percontohan seperti ini dibangun di semua provinsi dengan dana APBN untuk mengenalkan teknologi tersebut kepada masyarakat," katanya di sela peninjauan Tim Komisi IV DPR RI pada tambak percontohan budi daya udang vanamei dengan teknologi supra intensif di Kelurahan Mamboro, Kota Palu, Selasa (28/4/2015).

Ibnu Multazam yang politisi PKB itu mengatakan sangat ideal bila setiap provinsi memiliki satu atau dua unit tambak percontohan seperti ini untuk menjadi lokasi studi banding dan tempat praktik bagi masyarakat yang berminat dalam mengembangkan budi daya udang intensif.

"Teknologi budi daya udang ini sangat intensif dan perlu segera disebarluaskan kepada masyarakat. Teknologi ini akan mendukung peningkatan produksi udang nasional untuk keperluan ekspor dan meningkatkan kesejahteraan rakyat," ujarnya.

Multazam yang didampingi Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Gelwyn Yusuf meminta Kepala Dinas KP Sulteng Hasanuddin Atjo agar mengusulkan dalam APBN 2015 alokasi dana untuk pengembangan tambak percontohan yang baru di daerah ini.

"Kami pasti mendukung pengalokasiannya di DPR RI," kata Multazam dan disambut dengan anggukan kepala dua anggota komisi IV lainnya yakni Luther Kombong dan Andi Nawir.

Menurut Luther, biaya investasi teknologi supra intensif ini tidak terlalu tinggi meski padat teknologi dan padat modal, akan tetapi keuntungannya sangat tinggi bila dikelola dengan maksimal.

Kepala Dinas KP Sulteng Dr Hasanuddin Atjo, MP yang juga penemu teknologi supra intensif budi daya udang vanamei ini mengemukakan konstruksi tambak percontohan yang dibangun Dinas KP di Kelurahan Mamboro tersebut berukuran 20x20 meter dengan kedalaman tiga meter. Biaya investasinya hanya sekitar Rp750 juta, sedangkan biaya produksi setiap kilogram udang berkisar Rp29.300.

Jumlah benih yang ditebar sebanyak 400.000 ekor atau rata-rata 1.000 ekor per meter persegi. Benih tersebut dipanen secara parsial (empat kali) mulai pada umur 80 hari dengan ukuran 100 ekor per kilogram sampai ukuran 30-an ekor per kilogram pada usia 100 dengan total produksi dalam satu siklus panen mencapai 6,8 ton.

"Bila harga rata-rata udang mencapai Rp60.000 saja per kilogram, maka nilai produksinya mencapai Rp400 juta. Ini berarti keuntungan operasional mencapai Rp200 juta. Jadi, dalam empat siklus panen saja, investasi konstruksi sudah bisa kembali," ujar Atjo dan menambahkan, dalam setahun bisa berlangsung tiga kali siklus panen.

Pengembalian modal akan lebih tinggi lagi bila harga udang berada di atas Rp80.000 per kilogram. Menurut Atjo, teknologi supra intensif Indonesia yang diluncurkan pada 2011 ini sudah direplikasi di beberapa tempat di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, NTT dan NTB. Sejumlah kepala daerah, pejabat daerah dan pengusaha dari berbagai tempat di Indonesia juga sudah melakukan studi banding di tambak percontohan ini. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: