Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gejolak Rupiah hingga Konflik Iran - Israel, DPR: Kita Harus Berpikir Positif

Gejolak Rupiah hingga Konflik Iran - Israel, DPR: Kita Harus Berpikir Positif Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kenaikan Dolar Amerika Serikat (USD) atas Rupiah sampai Konfik Iran-Israel terus menjadi perhatian karena dipredikasi dapat berpengaruh terhadap ketahanan energi dan kestabilan ekonomi dari Indonesia.

Wakil Ketua Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Haryadi mengatakan hal tersebut perlu diantisipasi namun tidak perlu sampai menimbulkan rasa panik. Ia optimis tanah air bisa menghadapi dinamika global.

Baca Juga: Rupiah ke 16.200, Astronacci Sudah Prediksi dari 2022

"Soal harga dolar itu memang baru-baru ini ya, kenaikannya masih fluktuatif. Kita harus berpikir positif," ujarnya dilansir Kamis (18/4)

Dari sisi energi, ia menyampaikan bahwa parlemen bersama pemerintah sepakat untuk fokus mengawal Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Hal ini selaras pula dengan revisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 telah sejalan dengan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN). 

Menurut pemberitaan di media massa, setidaknya dalam revisi kali ini, PLN berencana menambah porsi pembangkit Energi Baru dan Terbarukan sebesar 75%.

"Kami pada dasarnya terus menggenjot seluruh pembangunan dalam RUPTL. Sebab nantinya pertumbuhan ekonomi yang diharapkan akan berkaitan dengan ketersediaan energi," sebut Bambang.

Ia juga menyoroti keluhan PLN soal kelebihan suplai listrik nasional. Menurut Bambang, hal ini perlu dikaji, sebab bertolak belakang dari fakta di lapangan, dimana animo masyarakat terhadap program pasang listrik gratis dari Kementerian ESDM masih tinggi.

Baca Juga: Perlu Deeskalasi, Konflik Iran - Israel Bisa Picu Perang Dunia III

"Soalnya kami lihat saat (Kementerian) ESDM pasang listrik gratis masih banyak yg butuh. Itu artinya distribusi listrik masih kurang. Problem kita disitu. Nanti mungkin skema distribusi inilah yang perlu diperbaiki," tandas Bambang.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: