Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menteri Airlangga Minta Mesin Industri Tekstil Perlu Diperbaharui

Menteri Airlangga Minta Mesin Industri Tekstil Perlu Diperbaharui Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Perindustrian Airlangga Hartato mengatakan tantangan di sektor industri tekstil nasional saat ini terkendala oleh kondisi mesin yang kelewat lapuk, untuk itu dia mendorong agar kondisi mesin khususnya di industri tenun dan rajut perlu diperbaharui.

?Apabila tidak dilakukan (peremajaan) dalam waktu lima tahun ke depan, industri tekstil nasional akan sulit bersaing dengan negara kompetitor utama seperti India, Cina, Vietnam dan Bangladesh,? kata Airlangga dalam rilisnya di Jakarta, Senin (24/4/2017).

Dia menambahkan para pelaku industri tekstil hendaknya memanfaatkan intensif yang termaktub dalam paket kebijakan ekonomi. Airlangga mengatakan potensi pasar domestik maupun global untuk industri tekstil dan produk olahannya terus meningkat seiring tingginya permintaan akan kebutuhan tekstil non sandang, misalnya untuk kebutuhan rumah tangga, furnitur dan kain non woven.

Senada dengan Airlangga, Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Achmad Sigit Dwiwahjono menuturkan tantangan lain yang menghambat pertumbuhan investasi di sektor industri tekstil adalahmasih adanya impor kain. Oleh karena itu, Kemenperin menggandeng Kementerian Perdagangan untuk membatasi impor tekstil dalam rangka menjaga industri tekstil dalam negeri tetap tumbuh.

"Kami pun mengimbau agar masyarakat Indonesia tetap menggunakan produk dalam negeri sebagai dukungan untuk pertumbuhan industri tekstil nasional," kata Sigit.

Saat ini Kemenperin juga tengah menggodok regulasi khusus untuk industri padat karya berorientasi ekspor yang mengatur tentang pemberian insentif fiskal (investment allowance) sehingga pelaku usaha bisa mendapatkan diskon PPh yang dialokasikan untuk ekspansi usaha. Selain itu, Kemenperin juga mendorong perjanjian kerja sama yang komprehensif dengan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat untuk mendapat keringanan tarif dan meningkatkan ekspor. (Ant)

Baca Juga: Meningkat 21 Persen, Bandara Ngurah Rai Layani 3,5 Juta Penumpang Hingga Februari 2024

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: