Pada kuartal I-2016 Bank DBS Indonesia membukukan pendapatan pada segmen bisnis consumer banking meningkat 20% dibanding QI 2015. Dana pihak ketiga mencapai Rp14 tiliun, tumbuh 32%.
Direktur Bank DBS Indonesia, Wawan Salum, mengatakan di tengah perekonomian Indonesia yang penuh tantangan tahun ini, Bank DBS akan berupaya menjaga momentum pertumbuhan yang dicapai di periode tersebut. Melihat pertumbuhan di QI, menurutnya ada peluang pertumbuhan di semester kedua 2016.
Menurut Wawan, tren yang ada saat ini tidak terlepas dari pertumbuhan era digital. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pihaknya mengedepankan kebutuhan nasabah dalam pengembangan dan inovasi produk.
"Upaya yang kami lakukan dengan menggiatkan keseharian perbankan yang mudah, cerdas dan menyenangkan," ujar Wawan.
Wawan mengungkapkan, sejak bisnis wealth management hadir di Bank DBS Indonesia pada 2005, inovasi terus dilakukan sesuai kebutuhan masyarakat dan nasabah, dengan tetap melihat perkembangan dan peluang pasar. Sepanjang 2016, Bank DBS Indonesia membidik nasabah prioritas bertumbuh hingga 30%.
Strategi yang dilakukan dengan meningkatkan pengalaman konsumen, hal ini dengan melengkapi para relationship manager/RM dengan sistem manajemen konsumen yang interaktif dan pembekalan wawasan pasar yang komprehensif (RM Mobility).
Mengelola penguasaan teknologi dan formulasi produk (memperlajari data, digital capabilitas, dan perilaku konsumen). Dan merancang produk-produk inovatid sesuai dengan kebutuhan nasabah dan profil masing-masing nasabah.
Sebagai bentuk komitmen untuk memberikan pelayanan terbaik dan inovasi produkn Bank DBS Indonesia menjalin kerjasama dengan Manager Investasi dan perusahaan asuransi terkemuka di Indonesia. Dimana selama Semester pertama 3016, Bank DBS Indonesia telah meluncurkan varian reksadana terbuka eksklusif dengan PT Batavia Prosperindo Asset Management (BPAM), yakni Batavia Enhanched Equity Strategy.
Selain menghadirkan inovasi produk, Bank DBS Indonesia menggunakan Skema Strategic Asset Allocation bekerjasama dengan PT Infovesta dalam melakukan alokasi aset yang optimal. Dalam melakukan alokasi asset disesuaikan dengan profil financial, profil resiko dan horizon investasi setiap nasabah.
Dari segi bisnis bancassurance, di awal tahun 2016, Bank DBS Indonesia mempererat hubungan kerjasama dengan Manulife Indonesia, yakni dengan menjalin kerjasama strategis untuk memperkuat unit bisnis bancassurance di Bank DBS Indonesia, yang mencakup asuransi kesehatan, asuransi jiwa, dan lainnya.
Bentuk kerja sama ini ditunjukkan dengan peluncuran dua produk, yakni Mi Wealth Protection yang telah membukukan uang pertanggungan di atas Rp50 miliar dalam lima bulan dan produk Mi Treasure Ultimate Protection yang telah membukukan Uang Pertanggungan sebesar Rp231 miliar dalam dua bulan.
Menurut Wawan, pertumbuhan nasabah secara online menjadi salah satu kunci pertumbuhan. Pendekatan berbasis digital lainnya juga dilakukan oleh Bank DBS Indonesia dalam hal pertumbuhan nasabah. Di segmen bisnis Unsecured Loan atau fasilitas pinjaman tanpa agunan (KTA), volume pertumbuhan nasabah melalui online hingga Mei 2016 meningkat 183% dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dan untuk layanan DBS Treasures bagi nasabah prioritas, pertumbuhan nasabah baru melalui online hingga Mei 2016 naik 260% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Dengan semua target dan kinerja tadi, kami optimis pendapatan consumer banking di akhir tahun 2016 mampu meningkat sebesar 38%," ujar Wawan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: