Para wiraswasta penyedia jasa pembuatan sablon kaos tematik di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat (Sumbar), mengeluhkan rendahnya potensi pasar lokal dalam mengembangkan usaha mereka.
"Ongkos produksi yang harus kami keluarkan selama ini belum mampu menutupi biaya operasional usaha, karena lemahnya daya saing agar produk yang hasilkan bisa terserap dengan cepat di pasaran," kata salah seorang penyedia jasa sablon setempat, Aan di Sawahlunto, Minggu.
Lambannya serapan pasar tersebut, jelasnya, dipicu oleh ketidakberdayaan mereka untuk melakukan ekspansi lebih luas dan lebih mengandalkan pasar lokal yang segmentasinya tidak seberapa.
Sementara, populasi pelaku usaha jasa tersebut semakin meningkat karena adanya kegiatan pelatihan-pelatihan oleh institusi terkait, tanpa mempertimbangkan terjadinya kejenuhan pemasaran akibat persentase pasar yang tersedia tidak seimbang dengan total jumlah produksi yang ada.
Selain itu, kurangnya minat untuk lebih mempromosikan potensi pariwisata ini dengan menggunakan ikon-ikon kepariwisataan seperti Bangunan SILO, Goedang Ransum, Taman Satwa Kandi dan lain sebagainya sebagai tema sablon kaos, juga menjadi sebab tidak berkembangnya pemasaran kaos.
"Padahal di beberapa daerah tujuan wisata lainnya di Sumbar dan provinsi lainnya di Indonesia, kaos tematik bermotif objek atau potensi wisata sudah menjadi cenderamata unggulan bagi para pelancong yang datang berkunjung," ujar dia.
Terkait upaya yang sudah ia lakukan untuk mengembangkan usaha miliknya, Pondok Sablon, yang berpusat di kawasan Air Karuh Kelurahan Durian II Kecamatan Barangin, menurutnya hingga saat ini seluruh peralatan yang digunakan untuk memproduksi kaos tersebut merupakan rakitannya sendiri.
Sehingga ia tidak lagi kesulitan jika menerima pesanan dalam jumlah besar, yang sebagian besarnya berasal dari komunitas atau kelompok kegiatan kemasyarakatan dengan rata-rata omzet penjualan perbulan maksimal mencapai Rp10 juta.
"Kami juga memproduksi kaos-kaos tematik dari kalangan kelompok seni modern dan tradisional dengan kualitas baik dan harga yang bersaing," tambahnya.
Sementara itu, salah seorang pemilik Distro setempat, Ardi menyebutkan tingkat persaingan produksi kaos tematik bermotif ikon pariwisata Kota Sawahlunto, belum mampu menunjukkan tingkat penjualan yang memuaskan.
Menurutnya, untuk langkah percepatan penjualan para pengusaha sablon kaos tematik kota itu, salah satunya bisa dilakukan dengan menjalin kemitraan dengan pemegang logo merek ternama seperti logo Kantor Berita Indonesia, Antara yang memiliki jaringan luas sebagai media berpromosi.
Karena salah satu kendala utama yang mereka alami, tambahnya, adalah ketidakmampuan untuk menyediakan biaya promosi, sehingga dibutuhkan uluran tangan berupa potensi jaringan pemasaran, seperti pemasangan logo dan tagline perusahaan atau lembaga ternama.
"Yang harus diperhatikan adalah bagaimana penggunaan logo oleh pennyedia jasa sablon tematik tersebut memiliki legalitas yang jelas, agar tidak menimbulkan permasalahan hukum dikemudian hari," kata dia. Ant.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Leli Nurhidayah
Tag Terkait: