PPI Belanda Kumpulkan Dubes Asia Tenggara Bahas Masa Depan ASEAN
Perhimpunan Pelajar Indonesia di Belanda (PPI Belanda) menggelar acara International Conference on ASEAN Development 2016 (ICAD 2016) di Kampus Leiden Law School, Leiden, Belanda, Sabtu-Minggu (3-4 September 2016) dengan mengumpulkan duta-duta besar negara Asia Tenggara yang berada di Belanda.
Para dubes negara kawasan Asia Tenggara yang hadir adalah Dubes Indonesia, Dubes Thailand, dan Dubes Laos. Para dubes ini bertemu dalam ambassador forum sebagai rangkaian acara ICAD 2016 yang membahas mengenai masa depan perkembangan integrasi ASEAN.
Sekretaris Jenderal PPI Belanda Ali Abdillah mengatakan konferensi yang bertema Innovating ASEAN Economic Community: Looks to the EU for the Lessons ini merupakan bentuk dukungan PPI Belanda terhadap integrasi ASEAN Community yang semakin erat khususnya semenjak dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN per Januari 2016 lalu.
Ali Abdillah menuturkan kegiatan ini juga sejalan dengan pertemuan perwakilan PPI Amerika Eropa yang digelar di Den Haag, pada April lalu, yang menegaskan dukungan terhadap Indonesia agar menjadi pemimpin dalam proses integrasi ASEAN.
"Kita tidak boleh lagi memandang integrasi ASEAN sebagai sebuah kompetisi. Tidak boleh lagi sekadar berbicara soal keuntungan ASEAN bagi Indonesia. Negara-negara di ASEAN harus tumbuh bersama dan berkolaborasi satu sama lain," katanya dalam rilis pers yang diterima di Jakarta, Selasa (6/9/2016).
Selain itu, Ali menjelaskan konferensi ini juga bertujuan untuk menjalin komunikasi dan kerja sama yang lebih erat antara negara-negara anggota ASEAN. Selain mengundang para duta besar negara ASEAN, para pelajar dari negara-negara ASEAN di Belanda juga terlibat dalam konferensi ini.
"Jadi, proses kerja sama itu tidak hanya terjadi di tataran para elite, tetapi juga di kalangan para pelajar," tambahnya.
Ketua Panitia ICAD 2016 Al Hadid Endar Putra menjelaskan konferensi ini dibagi ke dalam empat topik besar, yakni (1) hukum dan politik; (2) ekonomi; (3) teknologi; (4) pariwisata dan budaya. Diskusi masing-masing "kamar" ini dipandu oleh ahli di bidang-bidang tersebut. Mereka adalah Associate Professor dari Leiden University Dr. Armin Cuyvers (hukum dan politik), Profesor Stenden University Leeuwarden Conrad Lashley (pariwisata dan budaya), Dosen Roterdam Business School Matthijs van den Broek, dan Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) Rully Tri Cahyono (teknologi).
Para ahli memandu diskusi dan menilai presentasi para presenter yang telah dipilih oleh tim "paper reviewer" sebelumnya. Sebanyak lebih dari 400 abstrak paper telah diterima oleh panitia pada bulan Mei lalu. Dari 400-an abstrak tersebut, tim reviewer menyeleksi menjadi 80 abstrak terpilih. Para penulis abstrak tersebut kemudian diminta untuk menulis paper secara utuh.
"Akhirnya, kami memilih 16 penulis paper terbaik yang diberi kesempatan untuk menyampaikan presentasi di konferensi ini," ujarnya.
Lebih lanjut, Al Hadid menuturkan para presenter ini tidak hanya berasal dari negara-negara ASEAN. Ada juga beberap presenter yang berasal dari Asia Timur maupun Eropa.
"Presenter yang terpilih ada yang dari Jepang, Inggris, Spanyol, dan tentu saja dari Indonesia," pungkasnya.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda I Gusti Wesaka Puja berharap konferensi ini dapat memberi sumbangsih terhadap pembangunan ASEAN. Ia mengatakan bahwa prinsip ASEAN one vision, one identity, one community harus terus menjadi pegangan para warga, termasuk mahasiswa, negara-negara ASEAN.
"Kami berharap dengan konferensi ini kita bisa mencapai prinsip tersebut dan ikut membangun ASEAN," ujar mantan Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN di Kementerian Luar Negeri Indonesia ini.
Pesan lain yang disampaikan oleh I Gusti Agung Wesaka Puja adalah mengenai usia ASEAN yang tidak lagi muda. "ASEAN dideklarasikan hampir 50 tahun yang lalu. Tiga puluh tahun pertama merupakan periode di mana kita membangun kepercayaan antarnegara. Barulah 20 tahun ini kita mulai giat membangun kerja sama di bidang ekonomi dan budaya. Kepercayaan inilah yang harus dijaga selama pembangunan ASEAN ke depan," ujarnya.
Oleh karena itu, Puja menekankan pentingnya agar semua negara tumbuh bersama. "ASEAN tidak boleh meninggalkan satu pun negara berada di belakang, di sinilah pentingnya kita semua membangun feeling of ASEAN bersama-sama, bahwa kita adalah bagian dari ASEAN yang harus mendukung satu sama lain."
Hal senada disampaikan pula oleh Duta Besar Thailand untuk Kerajaan Belanda, Ittiporn Boonpracong. Untuk mendukung proses integrasi ASEAN Ittiporn Boonpracong menekankan pentingnya semua negara untuk berfokus pada peningkatan konektivitas antarnegara, baik di bidang transportasi, pariwisata, maupun sains dan teknologi.
Ittiporn Boonpracong juga mengapresiasi diadakannya konferensi pembangunan ASEAN yang diadakan oleh PPI Belanda ini.
"Pendekatan kolaborasi bottom up yang diinisiasi oleh para pelajar ini merupakan satu langkah positif karena ASEAN ke depan ada di tangan para pelajar saat ini," ujarnya.
Walaupun diinisiasi oleh pelajar Indonesia, konferensi pembangunan ASEAN ini juga melibatkan para pelajar ASEAN lainnya. Selain sebagai peserta konferensi, para pelajar negara lain juga terlibat langsung dalam proses kepanitiaan. Untuk MC kegiatan misalnya, selama dua hari berjalan, konferensi kegiatan dipandu oleh pelajar dari Thailand, Filipina, maupun Indonesia. Selain itu, kegiatan ditutup oleh penampilan kesenian tradisional dari pelajar Thailand dan pelajar Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo