PT Pupuk Indonesia (Persero) menyayangkan mahalnya harga gas yang dijual oleh PT Pertamina (Persero) dan anak usahanya di sektor gas. Pupuk Indonesia harus membeli gas seharga US$6-7 per MMBTU, sedangkan di luar negeri seperti China harga gas berkisar US$1-3 per MMBTu.
Direktur Utama Pupuk Indonesia Aas Asikin Idat mengungkapkan industri pupuk menggunakan 70 persen gas sebagai bahan produksi, sementara gas diperoleh dengan harga tinggi.
"Kita kebanyakan dari Pertamina. Harga gas khususya untuk pabrik pupuk ini agak cukup tinggi. Rata-rata US$6-7. Harapannya, kalau kita harus bersaing dengan dunia harus US$1-3 per mmbtu," katanya di Jakarta, Selasa (13/9/2016).
Menurutnya, dengan tingginya harga gas membuat industri pupuk di tanah air sulit bersaing di pasar global sebab harga pupuk yang dijual perusahaan pupuk di Indonesia dijual sekitar US$240-US$ 250, sementara di internasional seperti China sebesar US$200 per ton. Hal tersebut dikarenakan margin keuntungan yang sangat tipis akibat harga gas yang mahal mengingat kontribusi gas mendominasi sekitar 70 persen kegiatan produksi di pabrik pupuk.
"Di dunia rata-rata US$200 per ton, tapi di Indonesia sekitar harga pasar tapi cost kita lebih tinggi," jelasnya.
Agar pupuk Indonesia bisa bersaing di pasar global, Aas menilai harga gas untuk industri pupuk harus turun menjadi US$1-3 per MMBTU dari US$6-7 per MMBTU. Pasalnya, jika harga gas turun maka juga menurunkan biaya produksi.
"Dengan harga gas seperti itu nanti bisa bersaing, cukup besar, sekarang cost kita US$250 bisa turun sampai US$45 per ton dengan penurunan harga gas," tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: