Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekosistem Bisnis Mesti Waspada, Deepfake Akan Jadi Ancaman Besar di 2025

Ekosistem Bisnis Mesti Waspada, Deepfake Akan Jadi Ancaman Besar di 2025 Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Palo Alto Network memprediksi bahwa kesadaran akan keamanan siber akan semakin meningkat seiring dengan melonjaknya ancaman terkait hal tersebut untuk bisnis dalam kawasan dari Asia Pasifik.

President, Asia Pacific and Japan at Palo Alto Networks, Simon Green mengatakan bahwa keamanan siber mesti mendapatkan perhatian khusus dari pengusaha maupun pemegang kepentingan mengingat ancaman nyata yang datang dengan kian masifnya penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).

Baca Juga: Microsoft: AI Bakal Merevolusi Ekosistem Bisnis di 2025

"Tahun ini, Asia Pasifik akan menghadapi badai ancaman siber berbasis kecerdasaran buatan yang kian meningkat dalam skala, kecanggihan, hingga dampak," ujarnya, Selasa (14/1).

Simon mengungkapkan salah satu ancaman yang perlu diwaspadai pengusaha adalah deepfake. Ia mengatakan perkembangan kecerdasatan buatan generatif semakin memudahkan pembuatan deepfake baik wajah hingga suara yang sangat realistis. Diperkirakan, serangan dengan menggunakan inovasi ini akan meningkat di 2025.

Deepfake perlahan telah digunakan untuk tujuan jahat seperti mendapatkan keuntungan finansial dengan memanfaatkan celah dalam perusahaan terkemuka. Hal ini terjadi kepada seorang karyawan yang ditipu untuk mengirimkan jutaan dolar kepada aktor jahat yang menggunakan deepfake untuk menirukan tim finansial dan tim eksekutif dalam sebuah konferensi video di Hong Kong.

Simon mengatakan serangan serupa diprediksi akan semakin marak terjadi mengingat teknologi yang ada sudah memungkinkan kloning suara yang sangat meyakinkan. Menurutnya, dunia akan semakin sering melihat penggunaan deepfake sebagai satu serangan atau sebagai bagian dari serangan yang lebih besar pada tahun 2025.

“Ketika serangan kuantum bermunculan dan serangan deepfake berkembang menjadi metode penipuan, perusahaan harus terus berinovasi atau terancam tertinggal oleh aktor jahat,” tegasnya.

Menurut Simon, pengusaha kedepannya tak hanya dituntut untuk memiliki keamanan siber yang kuat namun juga cekatan dalam menangani serangan yang akan datang. Proteksi akan beralih fokus dari yang bersifat defensif menjadi monitoring komprehensif yang diwujudkan dengan peralihan terhadap satu platform keamanan siber yang terpadu.

Platform terpadu dinilai dapat memberikan visibilitas dan konteks secara menyeluruh yang mencakup repositori kode, beban kerja cloud, jaringan, dan SOC. Pada akhirnya, hal ini akan menciptakan struktur keamanan yang komprehensif dengan dasbor yang lebih sedikit.

Konvergensi semua lapisan keamanan ke dalam platform terpadu akan mengoptimalkan sumber daya, meningkatkan efisiensi secara keseluruhan, dan memungkinkan organisasi membangun pertahanan yang lebih tangguh dan adaptif terhadap ancaman yang terus berkembang.

Baca Juga: Unilever Kantongi Restu Pemegang Saham untuk Lepas Bisnis Es Krim

"Masa di mana strategi keamanan yang tidak terpadu telah berakhir, kini organisasi perlu beralih ke platform yang terintegrasi dan didukung oleh teknologi AI," tutur Simon.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Aldi Ginastiar
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: