Raksasa farmasi Inggris, GlaxoSmithKline (GSK), menunjuk kepala produk kesehatan konsumen saat ini, Emma Walmsley, sebagai CEO baru.
Walmsley bergabung dengan perusahaan farmasi terbesar di Inggris tersebut pada tahun 2010 dari L'Oreal. Ia akan menggantikan posisi Sir Andrew Witty pada Maret 2017 mendatang.
Walmsley menggambarkan dirinya sebagai sosok yang sangat kompetitif. Ia akan menjadi CEO wanita pertama di GSK, dan salah satu dari tujuh CEO perempuan dalam perusahaan di FTSE 100.
Ia telah bekerja selama 17 tahun di perusahaan kosmetik Perancis L'Oreal di bidang pemasaran dan manajemen, selama itu ia ditempatkan di Inggris, Eropa, AS dan China.
Walmsley bergabung di GlaxoSmithKline pada tahun 2010, dan menjadi anggota dari tim eksekutif pada tahun 2011. Ia bertugas menjalankan divisi yang menjual produk konsumen seperti pasta gigi, tablet sakit kepala dan minuman malt barley, Horlicks.
Perusahaan menghasilkan produk yang melayani segmen yang luas dari produk medis dan konsumen, mulai dari obat-obatan resep, vaksin dan pengobatan HIV hingga produk perawatan kulit.
Perusahaan-perusahaan besar berada di bawah tekanan yang meningkat untuk mengubah budaya di mana wanita sering dipersulit untuk masuk ke ruang rapat.
Antara tahun 2012 dan 2014, hampir tiga perempat dari perusahaan di FTSE 100 tidak memiliki pejabat eksekutif wanita sama sekali pada dewan direksinya.
Selain itu, data menunjukkan bahwa kesenjangan gender dalam gaji kian melebar ketika perempuan kembali bekerja pasca melahirkan bayi pertama mereka.
Warmsley, yang sudah menikah dan memiliki empat anak, akan menjadi CEO dari perusahaan terbesar di FTSE 100 dan merupakan seorang wanita di posisi puncak perusahaan.
Menurut beberapa analis, Emma Walmsley diprediksi akan menjadi salah satu tokoh bisnis paling kuat di Inggris ketika ia mengambil alih posisi CEO GSK pada bulan Maret tahun depan.
GSK telah berubah secara dramatis di bawah kepemimpinan Sir Andrew Witty, dan Walmsley yang menjadi agen penting dalam perubahan tersebut.
Setelah bekerja di L'Oreal selama 17 tahun, ia direkrut GSK pada tahun 2010 untuk meningkatkan divisi produk konsumen yang menjual merek seperti Sensodyne dan Panadol yang kini telah menyumbang hampir seperempat dari pendapatan perusahaan.
Strategi diversifikasi tersebut merupakan strategi kunci yang digagas Sir Andrew Witty yang percaya bahwa diversivikasi produk akan mengurangi risiko pada pengembangan obat.
Sahamnya telah meningkat 20 persen dibandingkan tahun lalu dan baru-baru ini perusahaan berinvestasi sebesar ? 275 juta untuk memperluas fasilitas manufaktur Inggris.
Sir Andrew telah bekerja di GSK selama lebih dari tiga dekade, setelah memulai karir sebagai management trainee. Selama hampir sepuluh tahun menjabat sebagai bos, Sir Andrew telah mengawasi rencana perusahaan untuk menjatuhkan paten di negara-negara termiskin di dunia.
Perusahaan telah mengembangkan apa yang bisa menjadi vaksin malaria pertama di dunia sebagai bagian dari proyek selama tiga dekade.
"Di bawah kepemimpinan Andrew, GSK telah berhasil berkembang menjadi sebuah perusahaan dengan posisi pemimpin pasar dalam obat-obatan, vaksin dan kesehatan konsumen," kata Ketua GSK Philip Hampton, seperti dikutip dari laman?BBC?di Jakarta, Rabu (21/9/2016).
"Andrew memberikan platform yang sangat baik secara berkelanjutan, pertumbuhan jangka panjang, dan kami yakin Emma akan berhasil membangun kekuatan ini".
GlaxoSmithKline merupakan raksasa farmasi terbesar keempat di dunia yang didirikan pada tahun 2000 melalui merger antara GlaxoWellcome plc. dan SmithKline Beecham. GSK mempekerjakan lebih dari 100.000 karyawan di seluruh dunia, 16.000 di antaranya bekerja di kantor pusat Inggris, 12.500 orang bekerja di bidang penelitian dan pengembangan, serta 6.000 orang bekerja di bidang manufaktur.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gregor Samsa
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: