Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi (15/12/2016) bergerak melemah sebesar 65 poin menjadi Rp13.345, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.280 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis? mengatakan bahwa tren penguatan rupiah terhadap dolar AS yang telah berjalan dalam beberapa hari terakhir terhenti, menyusul langkah bank sentral Amerika Serikat yang menaikan suku bunga acuannya.
"Dolar AS naik terhadap mayoritas mata uang dunia merespon kebijakan The Fed itu," ujarnya.
Bank sentral AS (The Fed) pada Rabu waktu setempat memutuskan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi ke kisaran 0,50 persen hingga 0,75 persen, dari kisaran sebelumnya 0,25 persen hingga 0,50 persen.
Kendati demikian, menurut dia, depresiasi rupiah terhadap dolar AS itu berpeluang hanya sementara, rupiah akan kembali bergerak normal, menyusul ekspektasi data neraca perdagangan Indonesia yang akan diumumkan pekan ini kembali mencatatkan surplus.
"Salah satu pembentuk tren penguatan rupiah yakni neraca perdagangan, diperkirakan kembali mencatatkan surplus." Ia menambahkan bahwa Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada hari ini (15/12) diperkirakan mempertahankan suku bunga acuannya (BI 7 Day Reverse Repo Rate) di level 4,75 persen, itu sejalan dengan prioritas stabilitas rupiah yang diutamakan dari dukungan ke pertumbuhan.
Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere menambahkan bahwa dampak keputusan The Fed diperkirakan sudah diperhitungkan pasar sehingga fluktuasi kurs rupiah diestimasikan masih terjaga.
Di sisi lain, lanjut dia, adanya keyakinan dari pemerintah Indonesia mengenai dampak keputusan The Fed yang sudah diperhitungkan juga akan menjaga psikologis pelaku pasar di dalam negeri. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto