Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Sambangi Kedai Kopi, Presiden Jokowi Patut Diberi Apresiasi

        Sambangi Kedai Kopi, Presiden Jokowi Patut Diberi Apresiasi Kredit Foto: Antara/Reno Esnir
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kehadiran Presiden Joko Widodo ke Kedai Kopi Tuku di Cepete, Jakarta Selatan, yang memesan ?kopi susu tetangga? pada Minggu (2/7/2017) patut diapresiasi. Langkah itu merupakan wujud kepedulian Presiden kepada bisnis startup yang dimiliki anak-anak muda di Tanah Air.

        Menurut Mukhaer Pakkanna, Wakil Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) PP Muhammadiyah, tindakan yang dilakukan Presiden dengan mengunjungi kedai anak-anak muda seperti itu patut diacungkan jempol. Di tengah melemahnya spirit wirausaha anak-anak muda, kedatangan Presiden ibarat oase yang memberi harapan dan motivasi dalam mengembangkan usaha startup.

        Kalau mau menjadi negara maju dan berdaya saing, tentu harus memperbanyak wirausaha baru. Merujuk data statistik, Mukhaer memaparkan, jumlah pengusaha di Tanah Air saat ini tidak jauh dari angka 1% dari penduduk Indonesia. Padahal menurut teori David McClelland, suatu negara akan menjadi makmur jika jumlah pengusaha mencapai 2% dari penduduknya.?

        Coba bandingkan, sambung Mukhaer yang juga Ketua STIE Ahmad Dahlan Jakarta, Negara tetangga saja, misalnya Singapura, jumlah pengusahanya mencapai 7,2%, Malaysia 2,1%, Thailand 4,1%, Korea Selatan 4% China, dan Jepang mencapai 10%, sedangkan yang tertinggi adalah AS sebesar 11,5-12%.?

        Selanjutnya, sambung Mukhaer, meningkatnya jumlah pengusaha ini juga penting mengingat komposisi jumlah penduduk Indonesia yang usia produktif sangat besar. Bayangkan, mulai tahun 2020 hingga 2030, Indonesia memperoleh bonus demografi, di mana penduduk produktifnya akan mencapai 70%.?

        Jika besaran komposisi ini tidak diisi oleh anak-anak muda kreatif dan inovatif dalam usahanya, kata Mukhaer, tentu akan menjadi malapetaka demografi. Ini artinya, bangsa Indonesia akan sulit menjadi negara maju dan akan tetap menjadi jongos produk negara-negara maju yang lain. Kita pun akan selalu ?gigit jari? melihat perkembangan negara lain. ?Terus terang, saya mengapresiasi Presiden Joko Widodo dengan keinginannya hadir dan menikmati karya anak-anak muda kreatif. Karena anak-anak muda seperti itu yang akan mengukir kejayaan bangsa ke depan," tutup Mukhaer.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ning Rahayu
        Editor: Rizka Kasila Ariyanthi

        Bagikan Artikel: