Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        ESET: Malware Saat ini jadi Bisnis yang 'Menyejahterakan'

        ESET: Malware Saat ini jadi Bisnis yang 'Menyejahterakan' Kredit Foto: Dina Kusumaningrum
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Komersialisasi kejahatan siber hari demi hari berkembang semakin pesat dan semakin terorganisir. Penyewaan beragam alat dan teknologi hacking mulai dari eksploit kit hingga ransomware menjadi bisnis besar menguntungkan melibatkan banyak peretas kawakan atau mereka yang baru saja memasuki dunia kejahatan siber.

        Technical Consultant PT Prosperita ? ESET Indonesia, Yudhi Kukuh mengatakan kemudahan penggunaan, harga yang murah dan pembagian keuntungan yang lebih besar untuk operator menjadi magnet yang menarik minat banyak orang untuk ambil bagian sehingga berdampak pada peningkatan serangan siber.?

        "Hal ini dipertegas dengan temuan ESET di dunia bawah tanah siber selama 2017, dengan semakin banyaknya beredar Ransomware as a Service (RaaS), yakni layanan franchise ransomware yang ditawarkan kepada siapa saja dengan tawaran keuntungan berlipat ganda," kata Yudhi dalam pernyataannya, Jakarta, Kamis (20/7/2017).

        Ransomware sendiri sambung Yudhi merupakan kejahatan siber bermotif ekonomi karena selalu meminta uang tebusan di setiap aksinya.

        "Dalam beberapa tahun terakhir, kita bisa menyaksikan popularitas MaaS saat ini menjadi bisnis yang paling "menyejahterakan" bagi penjahat siber di pasar gelap bawah tanah. Dengan munculnya beragam layanan, seperti RaaS, DDoS as a Service, Phishing as a Service, dan banyak lagi," terangnya.

        Menurut laporan dari Interpol Global Complex for Innovation (IGCI) di Singapura pada bulan April 2017 melibatkan penyelidik dari beberapa negara Asia Tenggara dalam berbagi informasi tentang situasi kejahatan siber tertentu, dalam sebuah operasi ditemukan hampir 9.000 server Command and Control (C2) di wilayah tersebut, menandakan Asia Tenggara menjadi sasaran tembak para kriminal digital dalam penyebaran malware.

        Lantas Yudhi menyimpulkan semua ini bagi pengguna komputer, baik secara personal maupun perusahaan akan ada lebih banyak serangan siber dengan lebih banyak orang menggunakan alat hacking dan menembak ke setiap arah untuk mendapatkan keuntungan cepat, perusahaan tentu saja akan menjadi target favorit.

        "Alat serangan akan terus dikembangkan dan semakin canggih setiap tahunnya, dikomersialkan dan didistribusikan lebih cepat dari sebelumnya. Itu berarti sistem pertahanan akan menghadapi berbagai serangan dalam skala besar," imbuhnya. Kemudian ilmu dan pengetahuan akan terus berkembang, itu artinya kemampuan hacker juga akan terus meningkat, sehingga malware juga semakin sulit dideteksi, memakan waktu dan membutuhkan pengalaman menganalisa.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Dina Kusumaningrum
        Editor: Rizka Kasila Ariyanthi

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: