Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menantang perusahaan besar di Indonesia untuk memperbaiki pola kemitraan strategis dengan masyarakat, dalam membantu pemerintah mewujudkan kebijakan pemerataan ekonomi untuk mengentaskan kemiskinan.
"Dorong dunia usaha untuk kerja sama yang sifatnya strategis dengan masyarakat. Jangan cuma bagi duit, suruh mereka berusaha, dan tidak perduli apa yang terjadi, maka itu semua tidak akan kemana-mana (hasilnya)," kata Darmin Nasution dalam Seminar Nasional Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) bertajuk "Kemitraan Strategis untuk Pengembangan Ekonomi Kerakyatan dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan" di Kota Pekanbaru, Riau, Senin (31/7/2017).
Darmin mengatakan perbaikan dalam kemitraan perusahaan dengan masyarakat harus sejalan dengan program pemerintah yang sedang mengembangkan model klaster dalam kebijakan pemerataan ekonomi. Perbaikan itu harus dilakukan perusahaan secara sistemik yang menuju model komersial, sehinga meski masyarakat sebagai mitra baru bisa menghasilkan produk sedikit, namun harganya bersaing dan berkualitas baik.
Dalam kemitraan pola klaster, lanjutnya, masyarakat harus diyakinkan untuk mau bekerja secara kelompok minimal tiga orang, sehingga bisa saling menutupi kekurangan satu sama lain. Kemitraan itu diawali dengan pemilihan bibit terbaik yang bersertifikat, perbaikan praktik pertanian hingga membantu pemasaran hasil.
"Peranan perusahaan besar dalam kemitraan strategis itu bukan hanya bantu pada pertanian, tapi juga urusi soal bibitnya, soal cara bertaninnya, dan soal hasilnya nanti siapa yang beli," ujarnya.
Menurut dia, pola kemitraan strategis tersebut bisa sinergi dengan kebijakan pemerintah seperti reforma agraria dan peremajaan komoditas perkebunan, seperti kelapa sawit, karet, kelapa dan coklat.
Sekjen ISEI, Aviliani, dalam pemaparannya saat seminar mengatakan, meski tingkat inflasi nasional terkendali, namun daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah turun sehingga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Apa yang perlu dilakukan adalah memperbaiki siklus ekonomi Indonesia yang sangat bergantung pada komoditas. "Kita perlu potong mata rantai agar kalau harga komoditas jatuh, daya beli masyarakat tidak terpengaruh," katanya.
Ia mengatakan, rangkaian seminar nasional ISEI juga melakukan kunjungan ke petani program Desa Makmur Perduli Api (DMPA) binaan APP Sinar Mas di Kabupaten Siak, Riau. Dari hasil kunjungan itu didapatkan sebuah pola kerja sama dengan masyarakat yang bisa dicontoh keberhasilan model kemitraan dengan masyarakat.
"Petani itu sampai punya plasma, petani binaan lagi, sehingga bisa gunakan tanah pekarangan untuk holtikultura. Pengembangan hortikultura ini mampu menekan inflasi dari bahan pangan," katanya.
Sementara itu, petani binaan DMPA asal Kabupaten Siak, Suryono, mengatakan kemitraan yang terjalin antara kelompok tani dan perusahaan dinilainya sangat menguntungkan petani. Sebabnya, ia mengatakan kemitraan dari APP Sinar Mas juga menjamin pasar bagi hasil hortikultura petani dengan harga yang tetap.
"Ketika perusahaan sudah memesan sayuran dari petani, maka harganya sudah tetap meski di pasar berfluktuasi. Itu menguntungkan buat kami sehingga hanya fokus saja bertani," katanya. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil