Fipronil biasanya digunakan untuk menyingkirkan kutu, kutu dan kutu dari hewan tapi dilarang oleh Uni Eropa untuk digunakan dalam industri makanan. Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa ketika dimakan dalam jumlah banyak dapat membahayakan ginjal, hati dan kelenjar tiroid yang memakannya.
Jutaan telur dan produk berbasis telur telah ditarik dari rak supermarket di Eropa sejak ketakutan diluncurkan pada 1 Agustus, dan ada banyak pertanyaan tentang siapa yang tahu apa, dan kapan. Sudah ada titik terang yaitu Belgia, Belanda dan Jerman tiga negara di mana telur yang terkontaminasi ditemukan pertama kali terkait juga dengan tentang siapa yang bertanggung jawab atas beredarnya telur berkontaminasi tersebut.
Uni Eropa berusaha untuk segera mengakhiri perseteruan terkait dengan telur dan mempertahankan persatuan setelah serangkaian krisis termasuk Brexit, arus masuk dan hutang migrasi di zona euro. Belgia awal pekan ini menuduh Belanda mengetahui tentang telur fipronil sejak November 2016 dan gagal memberi tahu negara lain, tuduhan yang ditolak Belanda, sebagaimana dikutip dari laman AFP, Kamis, (11/8/2017).
Namun, Belgia sendiri terpaksa mengakui bahwa pihaknya mengetahui tentang fipronil dalam telur pada bulan Juni namun merahasiakannya selama hampir dua bulan karena masih dalam penyelidikan kriminal. Penyelidik Belanda dan Belgia melakukan penggerebekan terkoordinasi di beberapa tempat pada hari Kamis, menahan dua orang di sebuah perusahaan Belanda yang dipercaya menjadi pusat krisis.
Menteri Pertanian Belgia, Denis Ducarme, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dirinya "sangat tertarik" dalam mengadakan pertemuan para menteri dari negara-negara yang terkena skandal fipronil.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo