Pengamat ekonomi Hendri Saparini mengatakan bahwa pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang melambat belakangan ini perlu diwaspadai oleh pemerintah mengingat produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebagian besar disumbang konsumsi.
"Sehingga pada saat konsumsi melambat, hal tersebut menjadi perlu diwaspadai," kata Hendri dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Sabtu (12/8/2017).
Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) itu menyebutkan bahwa melambatnya konsumsi rumah tangga dapat dilihat mulai kuartal III-2016.
"Mulai kuartal III-2016, konsumsi ini konsisten terus tumbuh pelan-pelan. Memang biasa tumbuhnya di antara 4,5 persen-5 persen," kata dia.
Hendri mengatakan pemerintah perlu melihat golongan masyarakat mana yang melakukan atau mengalami pengurangan konsumsi, baik itu dari kelompok masyarakat atas atau justru kelompok bawah.
"Dua-duanya perlu diwaspadai. Tetapi kalau di atas, kegalauan kita mungkin tidak sebesar kalau terjadi di kelompok bawah. Kalau 40 persen masyarakat bawah melambat konsumsi, maka menjadi catatan penting," ucap dia.
Lebih lanjut Hendri mengatakan bahwa pemerintah perlu merespons fenomena tersebut agar tidak berkelanjutan atau bahkan dapat segera membalik tren perlambatan tersebut.
Respons pemerintah terhadap perlambatan konsumsi rumah tangga tersebut juga dapat menjadi langkah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia semester II-2017.
"Pelambatan ini harus segera dibalik. Jangka pendeknya, jangan lanjutkan dulu kenaikan tarif dasar listrik (TDL) karena penaikan TDL Rp100 ribu saja dapat mengurangi konsumsi yang signifikan. Kalau pemerintah memang ingin mendorong konsumsi, TDL naiknya nanti dulu," ujar Hendri.
Ia juga meminta pemerintah mempercepat pembagian kartu bantuan sosial agar dapat segera digunakan oleh masyarakat golongan bawah untuk belanja.
"Juga perlu ciptakan optimisme. Jangan ada kebijakan fiskal atau kebijakan pajak yang membuat orang berpikir untuk konsolidasi," kata Hendri.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan II-2017 sebesar 5,01 persen dan konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 4,95 persen (yoy).
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan angka pertumbuhan tersebut cukup bagus meskipun sedikit di bawah ekspektasi mengingat perekonomian global yang masih tidak menentu dan harga komoditas global yang menurun.
"Dengan bukti bahwa konsumsi rumah tangga tumbuh 4,95 persen, maka konsumsi masyarakat Indonesia masih bagus, tidak ada penurunan daya beli," kata dia. (HYS/Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Hafit Yudi Suprobo