Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional Sumatera Barat menargetkan serapan beras lokal bisa bertambah 4.500 ton sampai akhir Desember 2017 dengan adanya kenaikan harga pembelian pemerintah sebesar 10 persen sejak Mei 2017.
"Hingga akhir Agustus 2017, serapan baru sekitar 3.500 ton. Dengan target tambahan 4.500 ton, total serapan beras lokal tahun ini bisa menjadi 8.000 ton," kata Kepala Bulog Divre Sumbar, Benhur Ngkaimi di Padang, Minggu (3/9/2017).
Menurut dia, jumlah itu sebenarnya masih setengah dari target yang ditetapkan pemerintah pusat yaitu 16.000 ton. Namun dengan kondisi harga beras Sumbar yang relatif mahal dibandingkan harga pembelian pemerintah, target itu memang sulit dicapai.
Meski demikian, Bulog Sumbar menurut dia terus berupaya agar serapan bisa lebih baik dari tahun ke tahun. Ia membandingkan pada periode Januari-Agustus tahun 2015, capaian serapan beras lokal hanya sekitar 2.000 ton, naik pada periode yang sama 2016 menjadi 3.000 ton.
"Tahun ini juga mengalami peningkatan menjadi 3500 ton. Artinya, upaya serapan beras lokal itu terus dilakukan meski diakui belum bisa maksimal sesuai target," kata dia.
Benhur mengatakan daerah potensial untuk serapan beras lokal di Sumbar adalah Pasaman, Agam dan Pesisir Selatan. Sementara untuk daerah lain, terutama Solok harga beras relatif tinggi.
"Beras Solok adalah ikon Sumbar. Harganya jauh di atas harga pembelian pemerintah hingga tidak bisa diserap," kata dia.
Namun target serapan beras lokal Bulog tersebut bisa terancam karena sebagian daerah penghasil beras di Pesisir Selatan sedang kesulitan menghadapi serangan hama tikus dan berang-berang. Salah seorang petani Nagari Aur Duri Surantih, Pesisir Selatan, Sapril (43) mengatakan cukup banyak tanaman padi yang rusak akibat serangan tikus dan berang-berang. Terutama untuk padi yang hampir berbuah.
"Tikus memakan padi yang ada di dalam sawah. Sementara berang-berang merusak tanaman padi yang berada pada aliran masuk air ke sawah," kata dia.
Serangan hama itu menurut dia akan mempengaruhi hasil panen petani. (RKA/Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rizka Kasila Ariyanthi
Tag Terkait: