Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Analis Nilai Daya Beli Masyarakat Meningkat Tahun Depan

        Analis Nilai Daya Beli Masyarakat Meningkat Tahun Depan Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pelemahanan daya beli masyarakat hingga paruh pertama tahun ini yang di luar perkiraan banyak pihak, perlahan menunjukkan gejala perbaikan memasuki akhir kuartal ketiga dan diperkirakan akan berlanjut hingga akhir tahun, sebelum akhirnya pulih pada tahun depan ditopang oleh kegiatan menjelang ASEAN games, pemilihan di daerah, dan kampanye pemilihan presiden.

        Langkah antisipasi untuk semakin menguatkan pemulihan konsumsi masyarakat telah dilakukan oleh bank sentral juga yang sudah dua kali memangkas suku bunga acuan BI 7-day repo rate pada Agustus dan September masing-masing sebesar 25 basis points menjadi 4,25 persen. Di sisi lain pemerintah terus menggenjot pembangunan infrastuktur di berbagai wilayah Indonesia yang pada akhirnya akan memberi dampak lanjutan terhadap ketersediaan lapangan kerja.

        Menurut Analis PT Bahana Sekuritas, Michael Setjoadi, setidaknya ada empat faktor yang menjadi pendorong pemulihan daya beli masyarakat sepanjang 2018 yakin target inflasi lebih rendah dibandingkan sepanjang tahun ini. Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018, pemerintah menargetkan inflasi sebesar 3,5 persen bandingkan dengan target tahun ini antara 3 persen hingga 4 persen hingga September inflasi telah tercatat sebesar 3,72 persen secara tahunan.

        Harga komoditas yang konsisten menunjukkan kenaikan secara rata-rata semakin menguatkan rencana sejumlah perusahaan pertambangan untuk meningkatkan produksi dan ekspansi usaha pada tahun depan.?

        "Biasanya kenaikan harga komoditas akan berdampak pada tingkat konsumsi masyarakat setelah satu tahun. Artinya, kalau kenaikan harga komoditas sudah terjadi sepanjang tahun ini maka dampaknya bagi konsumsi masyarakat akan terlihat pada tahun depan," katanya dalam keterangan di Jakarta, Senin (16/10/2017).

        Pemerintah dalam RAPBN 2018 juga meningkatkan belanja subsidi, yang artinya hal ini akan menjadi pendorong untuk mendongkrak daya beli masyarakat kelas bawah. Ditambah lagi dengan pemilihan daerah serentak yang akan berlangsung tahun depan serta kampanye pemilihan presiden yang bakal akan dimulai pada paruh kedua 2018, menjadi angin segar bagi sektor konsumsi khususnya konsumsi bahan pokok. Adapun potensi pemerintah untuk kembali memberikan subsidi listrik kepada 2,4 juta rumah tangga pemakai listrik 900VA.

        "Perbaikan daya beli masyarakat hanya tertunda dari perkiraan paruh kedua tahun ini bergeser ke tahun depan karena masih rendahnya belanja pemerintah hingga paruh pertama tahun ini," ungkap Michael. Bila pemerintah menggenjot belanja pada paruh kedua 2017 maka dampaknya terhadap konsumsi baru akan terlihat sepanjang paruh pertama tahun depan, tambahnya.

        Sekuritas milik negara ini merekomendasikan Beli untuk saham sektor konsumsi yang terkait dengan kebutuhan harian masyarakat seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur dan PT Mayora Indah. Sementara rekomendasi Tahan diberikan untuk saham PT Unilever Indonesia karena valuasi harga perusahaan berkode saham UNVR ini sudah terlalu mahal dengan target harga Rp45.000/lembar.

        Kinerja Indofood akan ditopang oleh harga bahan dasar untuk produksi seperti gula, gandum, dan susu yang diperkirakan lebih murah pada paruh kedua tahun ini sehingga mampu menutupi turunnya penjualan mie instan. Anak usaha Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) memberi target harga Rp10.700 per lembar untuk saham perusahaan berkode ICBP ini.

        Sementara itu Mayora akan diuntungkan oleh diversifikasi pasarnya yang telah merambah ke Cina, Filipina, Thailand, dan Vietnam sehingga saat pasar domestik mengalami kontraksi, mampu ditutupi oleh penjualan ke pasar regional. Bahkan ke depan, perusahaan berkode saham MYOR ini siap mengembangkan pasarnya ke Laos, Kamboja, dan Myanmar. Bahana pun memberi target harga sebesar Rp2.200 per lembar.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Fauziah Nurul Hidayah

        Bagikan Artikel: