Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        80 Persen Kebakaran di Bandung Karena Ini

        80 Persen Kebakaran di Bandung Karena Ini Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
        Warta Ekonomi, Bandung -

        Tingkat kebakaran di kota Bandung masih tinggi. Hampir setiap bulan terjadi 40 kebakaran. Sekitar 80 persen proses terjadinya kebakaran dipicu oleh konsleting listrik.

        Kepala Bidang Penanggulangan Bencana Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Bandung, Asep Saepudin mengatakan penggunaan peralatan dengan tenaga listrik menjadi pemicu terjadinya kebakaran di Bandung.?

        "Hampir 80 persen kebakaran disebabkan oleh konsleting listrik," kata Asep kepada wartawan di Bandung, Jumat (17/11/2017).

        Menurut Asep, rerata kebakaran terjadi di pemukiman padat penduduk dan pusat perbelanjaan (mall). Dia mencontohkan seperti kebakaran di wilayah Kosambi yang menghanguskan 10 rumah dan berhasil mengevakuasi 14 kepala keluarga. Berdasarkan penyelidikan kebakaran di daerah tersbut disebabkan bocornya tabung gas.?

        "Selain konsleting listrik, kebocoran tabung gas juga jadi penyebab rawannya terjadi kebakaran di Bandung," ucap Asep.

        Asep menegaskan penangan kebakaran tidak bisa mengandalkan petugas kebakaran saja. Untuk itu diharapkan adanya sitem penanggulangan secara dini oleh masyarakat.

        "Tentu kalau kami bekerja sendirian tidak bisa. Makanya diharapkan sebelum kami datang, masyarakat bisa mengantisipasinya sejak dini jika terjadi kebakaran. Nah, tugas kita adalah ujung tombaknya untuk memadamkan api," jelas Asep.

        Selain mencegah kebakaran di kawasan padat penduduk, Damkar juga melakukan pengamanan mal dalam mengantisipasi bahaya kebakaran mutlak dilakukan.?

        Hal ini penting mengingat keberadaan mal mengundang banyak pengunjung setiap harinya. Terlebih, saat ini potensi kebakaran banyak terjadi dalam setiap waktu.? Untuk mengantisipasi kebakaran, Damkar dan pihak mall.

        Menurut Asep, simulasi kebakaran ini idealnya dilakukan secara rutin setiap setahun sekali. Hal ini sejalan dengan Undang Undang Keternagakerjaan yaitu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

        "Minimalnya setahun sekali bahkan kalau bisa setahun dua kali diadakan simulasi kebakaran,"ujar Asep

        Materi yang diberikan dalam simulasi pada umumnya disesuaikan dengan kondisi gedung. Misalnya, kata Asep di dalam sebuah mall atau gedung harus terpasang sarana proteksi kebakaran? seperi terdapat hydrant pilar maupun box, alarm penanda bencana dan springler.?

        "Dan yang terpenting mereka harus tahu cara penggunaan alat-alat proteksi kebakaran,"tegasnya.?

        Adapun, Marketing Comunications Manager Bandung Indah Plaza (BIP), Andri Wibowo pihaknya sangat konsen dalam menjaga keamanan dan kenyamanan pengunjung BIP. Salah satunya dengan meningkatkan kesiagaan jika suatu saat terjadi kebakaran.?

        "Kami sangat menghargai nyawa pengunjung kami," kata Andri

        Andri menjelaskan kegiatan ini menjadi agenda wajib dan rutin yang dilakukan. Pihaknya sangat menekankan pentingnya kesiagaan dalam menghadapi peristiwa tersebut.

        Standarisasi keamanan gedung dan ketersediaan alat pengamanan menjadi hal utama yang dipenuhinya. Setiap ruangan di BIP,? telah dilengkapi dengan sensor dan alat pemadam api. Termasuk tenant di BIP pun telah memiliki alat pemadam api ringan (APAR).?

        "Kami mewajibkan setiap tenant memiliki APAR," ujar Andri

        Tidak hanya itu, melalui simulasi ini pun, pihaknya berharap karyawan di setiap tenant memiliki pengetahuan terkait pengamanan saat terjadi peristiwa tersebut. Setiap karyawan memiliki pengarahan dan pengetahuan terkait langkah-langkah yang harus dihadapi saat menghadapi kebakaran.

        "Jika terjadi kebakaran, tim tanggap darurat harus di-support oleh karyawan tenant. Bagaimana evakuasinya. Jadi suasana panik bisa kita hindari, karena tenant sudah siap semuanya," jelas andri

        Setiap karyawan, harus dibiasakan menghadapi peristiwa tersebut. Hal ini sangat penting mengingat petugas pemadam kebakaran tidak mungkin hadir tepat waktu untuk mengatasi.

        "Mereka harus dibiasakan, agar pada saat terjadi, mereka sudah biasa. Pemadam ditelepon, belum tentu datang. Otomatis kita harus punya tanggap darurat," katanya.

        Andrie menambahkan, kesiagaan ini menjadi syarat mutlak yang ditetapkan pemerintah kepada setiap tempat-tempat hiburan dan belanja. Selain bahaya kebakaran, BIP juga mengantisipasi bahaya-bahaya lain, seperti kerusuhan, teroris dan gempa.

        "Pemkot Bandung mewajibkan pengamanan di setiap gedung," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Saepulloh
        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: