Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Angin Kencang, Nelayan di Batubara Tidak Melaut

        Angin Kencang, Nelayan di Batubara Tidak Melaut Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Medan -

        Nelayan tradisional di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, tidak melaut dalam beberapa hari terakhir akibat angin kencang dan cuaca ekstrem.

        "Sudah satu minggu ini kami tidak ke laut, anginnya kencang sekali," kata Ramli Harun, nelayan Kabupaten Batubara ketika dihubungi di Medan, Senin (25/12/2017).

        Menurut Ramli, angin kencang tersebut sering diiringi hujan lebat yang menyebabkan terbatasnya jangkauan penglihatan nelayan ketika berada di laut. Namun, yang dikhawatirkan nelayan bukan hujan lebat yang dapat diatasi nelayan dengan menggunakan mantel, terpal, atau tenda penutup mesin perahu.

        Faktor yang ditakutkan nelayan adalah angin kencang yang selalu menyebabkan munculnya ombak besar yang dapat mengancam keselamatan jiwa nelayan.

        "Kalau sekadar hujan, kita masih bisa menggunakan mantel. Namun kalau angin kencang, lautnya beralun dan bergelombang, itu yang bahaya," katanya.

        Mukhlis Kholil, nelayan tradisional Kabupaten Batubara mengaku beberapa nelayan pernah mencoba untuk melaut meski mengetahui keberadaan angin kencang. Namun baru beberapa saat bergerak dari pinggir pantai, nelayan tersebut sudah melihat keberadaan ombak yang dapat mengancam keselamatan jiwa nelayan.

        "Daripada mati, lebih baik balik saja. Lagi pula, ikan juga tidak terlalu banyak kalau lautnya bergelombang seperti saat ini," katanya.

        Keberadaan nelayan yang tidak melaut tersebut menyebabkan ikan minum di pasar sehingga menyebabkan harganya melonjak tajam. Ikan gembung yang biasa dijual dengan harga Rp17.000 per kg, namun kini harus dibeli dengan harga Rp25.000 hingga Rp30.000.

        Lain lagi dengan ikan pari yang biasanya dibeli dengan harga Rp30.000 per kg, namun kini naik 100 persen menjadi Rp60.000 per kg.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: