Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Seni Berinvestasi, Seni Mengelola Return dan Risiko

        Seni Berinvestasi, Seni Mengelola Return dan Risiko Kredit Foto: Warta Ekonomi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Suatu waktu, ada perusahaan?Consumer Product?yang datang ke perusahaan kami. Mereka berencana melakukan ekspansi dengan membuka sejumlah gerai baru. Bagi kami, tidak ada yang tidak mungkin, lewat pendekatan perencanaan keuangan, semua itu bisa dikalkulasi.

        Perusahaan tersebut memaparkan rencana bisnis, kemampuan, dan kapasitas perusahaan saat ini. Mereka membeberkan kepemilikan cabang perusahaan sekarang, besaran penghasilan setiap bulan dan rencana perusahaan membuka cabang setiap tiga tahun. Mereka meminta perhitungan investasi yang harus?disiapkan agar target tersebut tercapai. Kami pun memberikan perhitungan perencanaan keuangan agar target tersebut tercapai sesuai dengan waktu yang ditentukan. Tentunya, pemilihan produk investasi juga harus disesuaikan agar dalam jangka waktu tiga tahun, mereka bisa membuka gerai baru. Hasilnya menggembirakan, tidak sampai tiga tahun, perusahaan tersebut sudah bisa merealisasikan ekspansi tersebut.

        Banyak hal yang sangat menarik selama kami bergelut di dunia investasi. Sepanjang bertemu dengan?Chief Executive Officer?(CEO) hingga?head?of investment, biasanya kami melihat kebutuhan investasi dari sisi perusahaan maupun individu. Lazimnya, mereka akan menanyakan beberapa hal, seperti seputar kemungkinan atau prediksi perekonomian, apa saja sektor-sektor yang terbaik, hingga potensi dan risikonya.

        Dari sisi individu, di antara mereka , anggota keluarganya, maupun orang-orang dekatnya kemungkinan ada yang membutuhkan investasi. Ada fenomena, pemberian hadiah untuk kelahiran anak, pernikahan, atau tanda terima kasih melalui produk investasi tertentu. Sisi individu seperti inilah yang kita sentuh dengan produk-produk investasi.

        Mereka akan memilih produk investasi sesuai dengan kebutuhannya. Namun, dari awal kita memberikan pemahaman bahwa banyak faktor yang memengaruhi investasi. Untuk produk yang berkaitan dengan pasar modal, pertumbuhan korporasi itu tercermin di dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Gampangnya, kalau rata-rata perusahaan tumbuh 15%, IHSG naik 15%. Namun, tetap ada faktor lain yang harus dperhatikan. Kadang-kadang, pasar itu digerakkan oleh fundamental, harapan, dan ketakutan.

        Tahun ini diharapkan lebih besar karena negara-negara maju tidak sebagus?emerging market. Demografi kita cukup mudah, sangat konsumtif sehingga perusahaan diuntungkan oleh hal tersebut. Kalau di luar negeri, pertumbuhan ekonomi hanya 2?3%, kita 5%. Jadi, konsistennya cukup tinggi dan bersifat positif.

        Dalam kondisi yang baik ini, kita memberikan beberapa skema investasi dengan mempertimbangkan?return?dan risikonya. Suku bunga sekarang pasti?single digit. Kalau dulu kita menikmati tingkat bunga sampai 12%, sekarang mungkin hanya 6 atau 7%. Beberapa bank mungkin memberikan di atas itu. Kalau mau berinvestasi jangka pendek dengan tipe konservatif, beli produk yang konservatif. Namun, kalau mau beli produk yang berisiko moderat ke agresif, bisa membeli produk yang agresif, apalagi kalau horizonnya panjang.

        Misalnya, saya sebagai pribadi merupakan?tipe yang agresif sehingga bisa menerima risiko?loss?20?30%. Namun, kalau saya punya uang hari ini untuk uang sekolah anak saya tahun depan, saya akan membeli produk yang konservatif, terlepas saya tipe investor agresif. Apalagi kalau buat akhir tahun atau bulan Desember, waktu tersisa cuma enam bulan, mungkin lebih aman diinvestasikan pada produk perbankan saja.

        Prinsipnya, nasabah/investor harus memilih produk yang paling optimal sesuai dengan jangka waktu berinvestasinya, ditambah dengan karakternya. Perlu menjadi pengetahuan bersama, karakter atau profil risiko seringkali tidak berhubungan dengan usia. Ada orang tua yang sangat agresif, di Indonesia ada Lo Kheng Hong. Dia tua, tapi agresif. Ada juga yang masih muda, tapi jadi deposan terus. Namun, kita selalu tanamkan ke klien, bahwa membeli produk harus disesuaikan dengan jangka waktu dan karakteristik. Itu yang paling penting.

        Horizon menjadi salah satu penakar untuk memilih instrumen investasi yang menguntungkan. Tiap horizon ada perbedaan. Kalau berinvestasi di saham, sebaiknya horizon menengah dan tergantung produk yang dipilihnya. Misalnya untuk enam bulan yang akan datang, produk yang kita pilih untuk investasi reksa dana pasar uang. Pilihan ini relatif tidak berisiko besar dan berpotensi tidak akan minus. Kita sebagai sahabat investor selalu menginginkan yang terbaik bagi mereka. Oleh karena itu, tidak segan, kita menolak mandat karena produk yang mereka inginkan menurut kita tidak sesuai dengan jangka waktunya.

        Misalnya, klien datang hari ini dan mau membeli reksa dana saham. Rencananya, uang tersebut akan dipakai tahun depan. Kalau pun klien menginginkan adanya unsur saham, kita hanya menyarankan pada kisaran 10% dari rencana investasi. Kita memberikan pemahaman bahwa apabila tidak?match?antara produk investasi dengan masa, produk investasinya bisa?loss. Biasanya, kita memberikan rasionalisasi, seperti penyiapan untuk investasi yang lebih panjang jangka waktunya, seperti di atas tiga tahun masih memungkinkan. Investasi pada prinsipnya tetap berpegangan pada prinsip?high return, high risk.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ratih Rahayu

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: