Teknologi cetak 3 dimensi (3D) saat ini telah marak digunakan di berbagai sektor industri, termasuk sektor properti, konstruksi, otomotif, kesehatan, dan konsumsi. Technavio, lembaga riset teknologi yang berlokasi di Inggris, memperkirakan pangsa pasar industri berbasis teknologi 3D akan mencapai Rp158,5 triliun (US$11,92 miliar) pada 2021, dengan pertumbuhan rata-rata per tahun (compound annual growth rate) sebesar 35 persen.
Teknologi yang pada awalnya digunakan pada tahap purwarupa ini makin digemari oleh pelaku industri karena dapat menciptakan efisiensi waktu dan biaya produksi. Proses cetak 3D menggunakan printer tiga dimensi yang dapat mencetak benda nyata berbahan dari karet, plastik, bahkan logam.
Saat ini, nilai pasar mencapai sekitar $4.33 miliar. Industri otomotif merupakan sektor yang paling giat menggunakan teknologi cetak 3 dimensi, seiring dengan tren digitalisasi perancangan desain suku cadang dan purwarupa. Salah satu produsen mobil yang gencar menggunakan teknologi cetak 3 dimensi dalam merancang desain mobil-mobil barunya adalah Fiat Chrysler Automobiles.
Selanjutnya, industri barang-barang konsumsi. Berbagai industri barang-barang konsumsi, seperti mainan, perhiasan, dan pakaian, kerap menggunakan software cetak 3 dimensi seperti SELVA demi meningkatkan volume produksi. Industri barang-barang konsumsi berbasis teknologi cetak 3 dimensi ini nilainya diprediksi mencapai $2,39 miliar pada 2021 mendatang. Rendahnya biaya produksi memungkinkan pelaku industri manufaktur di bidang ini bermunculan.
Lalu, industri kesehatan. Teknologi cetak 3 dimensi banyak digunakan untuk membuat beragam alat bedah, implan, dan tisu. Permintaan terhadap sistem cetak purwarupa tahap selanjutnya akan menjadi pendorong kemajuan industri kesehatan berbasis teknologi cetak 3 dimensi. Namun, seperti lazimnya teknologi berbasis teknologi lainnya, penggunaan teknologi cetak 3 dimensi juga merupakan suatu disrupsi teknologi yang menggeser beberapa profesi pekerjaan manusia, salah satunya adalah arsitektur perancang miniatur atau model bangunan (maket).
Penggunaan cetak 3 dimensi yang juga telah berkembang menjadi generasi selanjutnya adalah percetakan 6 dimensi. Percetakan ini telah menggeser teknologi building information models. Beberapa perusahaan konstruksi, seperti PT PP (Persero) Tbk dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, tengah melakukan uji coba menggunakan teknologi cetak 3 dimensi untuk pengerjaan konstruksi perumahan dan elevated toll road.
Bisa dibayangkan, ke depannya pengerjaan rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) akan begitu cepat diselesaikan dengan menggunakan teknologi ini. Apalagi, pemerintah tengah gencar mengatasi backlog perumahan yang mencapai 15,4 juta unit.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Ratih Rahayu
Tag Terkait: