Ketua Umum DPP PPP M Romahurmuziy menilai kalangan santri cocok menjadi calon wakil presiden untuk mendampingi Joko Widodo dalam Pemilu 2019 untuk menghindari isu-isu suku, agama, ras, dan antargolongan.
"Ini seperti yang terjadi dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah yang suasananya adem saat kekuatan nasionalis berkoalisi dengan kekuatan religius," kata Romahurmuziy dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (1/2/2018).
Hal itu dikatakannya saat mengisi kuliah umum Institut Agama Islam Negeri Pekalongan, Kamis (1/2).
Dia menilai figur santri sebagai pendamping Jokowi di Pilpres 2019 diyakini sebagai koalisi yang sempurna. Romi menganalogikannya, lalu lintas akan macet bila lampu di perempatan tidak ada yang berwarna hijau.
"Abang-ijo dalam lampu pengatur lalu lintas, tidak akan jalan kalau tidak ada lampu hijau. Sebaliknya apabila lampu isinya hijau semua, maka akan tabrakan," ujarnya.
Dia mengatakan PPP memiliki sejarah koalisi "abang-ijo" atau nasionalis-agamis dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pada 2001-2004. Yaitu saat Ketua Umum PPP Hamzah Haz menjadi Wakil Presiden mendampingi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Saat ini menurut dia, hal itu terus diusahakan, yaitu mencari putra dan puteri terbaik bangsa dari kalangan santri, sehingga apakah dari dalam PPP maupun dari luar partai untuk mendampingi Jokowi.
"Pendamping Pak Jokowi bisa siapapun dan tidak harus merupakan ketua umum partai. Sebab, PPP berikhtiar agar dalam kontestasi pilpres mendatang, tidak diwarnai ujaran bernuansa SARA," katanya.
Menurut Romy, kalangan santri diperlukan agar bangsa Indonesia tidak lagi terbelah oleh isu SARA sehingga tidak perlu menjelek-jelekan apalagi memfitnah pihak lain.?
Dia menegaskan bahwa dukungan PPP terhadap Jokowi dalam Pilpres 2019 tidak lepas dari saran para alim ulama, apalagi partai tersebut belum cukup kuat untuk mengajukan calon presidennya sendiri.
"Ini adalah politik dan sifatnya harus seperti air, yang mengikuti wadah dimana kita berada. Karena idealisme akan berujung pada realitas," katanya.
Dia menyadari PPP harus tunduk pada realitas dan berhitung dengan cermat karena suara yang dimiliki tidak cukup untuk mengusung kadernya sendiri.?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil