Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        OJK: Stabilitas dan Likuiditas Industri Keuangan Februari Terjaga

        OJK: Stabilitas dan Likuiditas Industri Keuangan Februari Terjaga Kredit Foto: Fajar Sulaiman
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Rapat Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan stabilitas sektor jasa keuangan dan kondisi likuiditas di pasar keuangan Indonesia dalam kondisi terjaga sejalan dengan perkembangan ekonomi global dan nasional.

        Deputi Komisioner Pengaturan dan Pengawasan Terintegrasi OJK Y. Santoso Wibowo mengatakan, perbaikan ekonomi global semakin solid dan merata. Hal ini ditunjukkan kinerja perekonomian Amerika Serikat (AS), Eropa, Jepang, dan Tiongkok yang meningkat.

        "Di AS sejak pemerintahan Trump banyak gebrakan, salah satunya reformasi pajak yang mengurangi pajak korporasi dari 36% ke 21%. Ini membuat perusahaan leluasa melakukan ekspansi. Ekonomi naik, tapi negatifnya defisit fiskal AS meningkat," kata dia di gedung OJK, Jakarta, Kamis (1/3/2018).

        Kebijakan ini, kata Santoso, membuat inflasi AS terdongkrak ke atas, kemudian tingkat upah naik dan tingkat pengangguran turun menjadi 4,1%. "Itu rendah tingkat penganggurannya karena biasanya di atas 5%," katanya.

        Sementara dari sisi domestik, indikator makro ekonomi bergerak solid. Inflasi Januari 2018 terpantau turun, kinerja eksternal naik sejalan dengan tren global, serta akumulasi cadangan devisa terpantau meningkat. Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi Q4-2017 masih meningkat secara moderat dan perbaikan indikator sektor riil masih terbatas.

        Di pasar keuangan domestik, meskipun terdapat net sell nonresiden sebesar Rp9,14 triliun di bulan Februari 2018, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus melanjutkan penguatan. Per 23 Februari 2018, IHSG secara ytm menguat tipis 0,2%. Sementara?yield SBN tenor jangka pendek, menengah, dan panjang masing-masing naik sebesar 4 bps, 28 bps, dan 18 bps.

        "Hal ini didorong oleh net sell nonresiden di pasar SBN sebesar Rp13 triliun pada Februari 2018," ucapnya.

        Terkait kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan pada Januari 2018, Santoso menuturkan kredit perbankan Januari 2018 tumbuh sebesar 7,40% yoy lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 8,24% yoy dan piutang pembiayaan tumbuh sebesar 6,92% yoy (Des 17: 7,05% yoy).

        "Memang, kredit 7,4% ini biasa di awal tahun. Sampai akhir tahun kita masih perkirakan kredit tumbuh 10?sampai 12%. Kondisi itu menurut kita pas dengan pertumbuhan ekonomi kita. Menurut saya, relatif masih oke kreditnya, jadi sepanjang pergerakan kredit sejalan dengan kegiatan sektoral itu is ok," tutur Santoso.

        Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan tumbuh sebesar 8,36% yoy (Des 17: 9,35% yoy). Sementara premi asuransi jiwa dan asuransi umum/reasuransi masing-masing tumbuh sebesar 44,78% yoy (Des 17: 33,43% yoy) dan 22,93% yoy (Des 17: 6.29%).

        Di tengah perkembangan intermediasi keuangan tersebut, risiko Lembaga Jasa Keuangan (risiko kredit, pasar, dan likuiditas) Januari 2018 berada pada level yang manageable. Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan tercatat sebesar 2,86% (Des 17: 2,59%) dan rasio Non-Performing Financing (NPF) perusahaan pembiayaan tercatat 2,95% (Des 17: 2,96%).

        "Ke depan, OJK akan terus memantau dinamika perekonomian global dan dampaknya terhadap likuiditas pasar keuangan dan kinerja sektor jasa keuangan nasional, khususnya laju kenaikan Fed Fund Rate dan tren kenaikan suku bunga di pasar keuangan global," tutupnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Fauziah Nurul Hidayah

        Bagikan Artikel: