Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kenapa Daging Penyu Tak Boleh Dikonsumsi?

        Kenapa Daging Penyu Tak Boleh Dikonsumsi? Kredit Foto: Antara/Iggoy el Fitra
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pakar gizi dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatera Barat, Dr Masrul mengatakan daging penyu berpotensi terkontaminasi sejumlah zat seperti logam berat sehingga bisa menyebabkan keracunan bagi orang yang mengonsumsinya.

        "Di laut, penyu hidup berpindah-pindah dan berumur panjang sampai ratusan tahun sehingga berpotensi kontak dengan perairan yang tercemar dalam jangka waktu yang lama sehingga makanan yang dikonsumsi penyu juga tercemar," jelasnya di Padang, Senin (12/3/2018).

        Ia menyampaikan hal itu menanggapi kasus keracunan yang dialami belasan warga Desa Taileleu, Kecamatan Siberut Barat Daya, Kabupaten Kepulauan Mentawai usai mengonsumsi daging penyu beberapa waktu lalu, bahkan tiga di antaranya meninggal dunia.

        Masrul menyebutkan memang tidak semua penyu bisa menimbulkan masalah kesehatan, namun ada beberapa yang kemungkinan dikonsumsi dan terdapat zat-zat yang berakibat fatal bagi manusia.

        "Demi kesehatan, lebih baik masyarakat tidak mengonsumsi penyu," ujarnya.

        Selain dilarang mengonsumsi penyu karena satwa dilindungi, ia berpandangan satwa tersebut juga tidak direkomendasikan secara kesehatan karena zat-zat yang bisa saja terkandung dalam dagingnya. Namun untuk mengetahui lebih rinci, sebutnya harus dilakukan penelitian terlebih dahulu baik dari universitas maupun lembaga penelitian berkompeten lainnya.

        "Ke depan ini menjadi bahan juga bagi kami, karena kejadian di Mentawai juga terjadi pada 2012," tambahnya.

        Sebelumnya belasan warga Desa Taileleu, Kecamatan Siberut Barat Daya, Kabupaten Kepulauan Mentawai keracunan setelah mengkonsumsi daging penyu pada 19 Februari 2018. Tiga warga meninggal dalam keracunan itu, dua orang merupakan balita. Salah seorang tim dari BPBD Mentawai, Galor Anas menjelaskan saat itu suku Samalei yang berada di Taileleu sedang menyelenggarakan sebuah pesta.

        Keesokan harinya sebagian warga di kampung itu, sekira 95 orang yang turut mengkonsumsi, kata Galor, mulai mengalami pusing, sakit tenggorokan, lemas, sakit perut.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Cahyo Prayogo

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: