Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Begini Upaya Facebook Atasi Hoax

        Begini Upaya Facebook Atasi Hoax Kredit Foto: Reuters/Dado Ruvic
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Selama lebih dari satu setengah tahun belakangan ini, Facebook terus berupaya membuktikan komitmennya untuk mengatasi penyebaran berita palsu atau hoax melalui berbagai upaya yang menggabungkan kecanggihan teknologi dan tinjauan manusia, termasuk melalui penghapusan akun palsu, bermitra dengan para pemeriksa fakta, dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan literasi berita.

        Product Manager Facebook, Tessa Lyons, menjelaskan, upaya tersebut akan terus berlanjut karena masih banyak yang harus dilakukan. Seperti sebelumnya diperkenalkan beberapa pembaruan dengan memperluas program fact-checking ke beberapa negara.

        Tessa mencontohkan upaya tersebut dalam meningkatkan kemampuan fact-checking dengan menggunakan teknik baru, termasuk kemampuan untuk mengidentifikasi adanya duplikat dan penggunaan Claim Review.

        "Mengambil tindakan terhadap segala jenis pelanggaran baru yang berulang. Melalui kerja sama dengan sejumlah akademisi, kami terus berupaya untuk meningkatkan kemampuan pengukuran dan transparansi kami," lanjut Tessa dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Senin (25/6/2018).

        Sejak awal peluncuran program tersebut, Facebook telah menerapkannya di 14 negara dan menargetkan menghadirkan kembali program tersebut ke beberapa negara lainnya hingga akhir tahun ini.

        "Melalui program ini, pemeriksa fakta yang sudah disertifikasi akan menilai akurasi berita di Facebook dan sejauh ini mereka telah membantu kami mengurangi penyebaran berita palsu hingga sekitar 80%," terangnya.

        Langkah selanjutnya, Facebook juga memperluas uji coba untuk memeriksa fakta berupa foto dan video. Menurut Tessa, salah satu tantangan dalam menghadapi misinformasi adalah adanya hoax dalam berbagai jenis konten yang berbeda di setiap negara.

        "Untuk mengatasi hal tersebut, kami memperluas uji coba pemeriksaan fakta berupa foto dan video di empat negara, termasuk dalam hal ini jenis konten yang dimanipulasi seperti video yang diedit untuk menunjukkan sesuatu yang tidak pernah terjadi atau konten yang tidak sesuai konteks yaitu sebuah foto dari kejadian yang terjadi sebelumnya, namun dikaitkan dengan konflik berbeda atau kejadian yang baru saja terjadi," jelasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Dina Kusumaningrum
        Editor: Fauziah Nurul Hidayah

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: