Saat kedapatan teman yang selalu bertanya tentang mengapa memilih menjadi entrepreneur dan apa yang membedakan karyawan dan entrepreneur, Hikmat Kurnia, seorang pengusaha sukses di bidang penerbitan dan beberapa bisnis lain, menjawab hal tersebut dengan, "Karyawan itu punya penghasilan tetap, entrepreneur itu tetap berpenghasilan!"
Menurut Hukmat, penghasilan tetap artinya nilai dan jumlahnya tetap dalam periode tertentu, atau sudah pasti dan terukur. Sementara tetap berpenghasilan artinya nilai dan jumlahnya berubah-ubah. Bisa naik, bisa turun. Tergantung banyak faktor.
"Itulah sebabnya, dunia entrepreneurship adalah dunia ketidakpastian. Jadi, kalau nyari yang pasti-pasti, jangan masuk wilayah ini. Bisa jantungan," tutur Hikmat dalam akun media sosialnya.?
Namun, yang hebat menurut Hikmat, kalau kita mampu menggabungkan penghasilan tetap dan tetap berpenghasilan. Dan ada dua cara untuk mendapatkan hal itu.
1. Tetap menjadi karyawan, tetapi punya penghasilan di luar yang tetap. Sumbernya bisa bermacam-macam. Mulai dari berbisnis di luar jam kantor, mengoptimalkan aset yang dimiliki, menulis buku, menjadi reseller, bisnis online, mengajar, menjadi konsultan, pembicara seminar, dan seabreg cara lain yang bisa mendatangkan penghasilan.
2. Menjadi entrepreneur?yang mampu mengubah ketidakpastian menjadi sesuatu yang terukur. Caranya mudah. Tidak terlalu sulit. Entrepreneur yang baik harus mampu menghitung berapa gaji dirinya yang pantas, aman bagi hidupnya, dan langgeng bagi bisnisnya. Artinya, walaupun bisnisnya turun naik, tetapi penghasilannya bisa tetap setiap bulan.
Nah, jika perusahannya untung di akhir tahun, barulah si entrepreneur?mengambil keuntungannya. Tentu saja tidak semuanya, tetapi sebagian. Sebagian lagi harus disisihkan untuk mengembangkan perusahaan. Dan jangan lupa, disisihkan untuk kegiatan sosial.?
"Dalam agama saya, dicontohkan bahwa penghasilan yang kita terima itu harus dibagi tiga. Sepertiga, untuk kebutuhan hidup kita. Urusan sandang, pangan, dan papan. Sepertiga lagi untuk investasi. Baik investasi yang bersifat tangible atau intangible (investasi leher ke atas). Dan sepertiga lagi untuk investasi akhirat. Itulah yang diistilahkan zakat, infak, sodakoh," ujar Hikmat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: