Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengimbau kepada para penyedia layanan transportasi online untuk menjaga keamanan penumpang dan pengemudi mereka. Hal itu disampaikan oleh Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi pada Selasa (27/11/2018) pada Lokakarya Keamanan Berkendara di kantor pusat Go-Jek, Jakarta.
Budi mengatakan, untuk menjaga keamanan baik pengemudi maupun penumpang, Kemenhub mendorong pengelola aplikasi layanan ride-hailing untuk menciptakan fitur 'Panic Button'. Dengan begitu, pengemudi dan penumpang akan merasa terjaga privasinya.
"Saya pernah bertanya kepada penumpang taksi online perempuan, mereka merasa takut naik di malam hari karena foto dan wajah pengemudinya beda. Oleh karena itu, kami mendorong pengelola aplikasi untuk menciptakan fitur panic button yang dihubungkan dengan kepolisian atau operator. Ini pun berlaku untuk penumpang dan pengemudi," papar Budi.
Selain itu, ia juga menyarankan pihak pengelola aplikasi untuk mengembangkan fitur yang merahasiakan kontak para pengguna dan pengemudi. Menurutnya, bila kontak tidak dirahasiakan ada kemungkinan nomor telepon di dalamnya bisa disalahgunakan oleh masing-masing pihak.
"Misalnya ada penumpang yang cantik, kemudian setelah dia diantar oleh pengemudi, kontaknya masih dihubungi oleh pengemudinya. Bisa tidak dikembangkan fitur agar kontak penumpang dirahasiakan supaya tidak terganggu kenyamanannya?" tanyanya.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Chief Public Policy and Government Relations Go-Jek mengungkapkan pihaknya selalu menyarankan pengemudi dan penumpang untuk berkomunikasi lewat fitur Chat. Dengan begitu, kontak kedua pihak tidak akan diketahui satu sama lainnya.
"Saya sarankan kepada pengemudi atau penumpang untuk komunikasi lewat fitur chat sehingga setelah order komunikasinya selesai," ujar Shinto.
Ia juga menyebutkan adanya fitur rating di aplikasi driver yang mengizinkan pengemudi memberi bintang pada penumpangnya. Fitur itu dibuat untuk menciptakan kesetaraan antara penumpang dan pengemudi karena mereka bisa saling memberi penilaian. Selain itu, fitur rating pengemudi juga digunakan untuk menghindari kemungkinan order fiktif.
"Sekarang juga pengemudi sudah bisa memberikan rating kepada penumpang. Selain dari teknologi, kami juga edukasikan melalui kopdar dengan komunitas mitra pengemudi," kata Shinto lagi.
Sementara untuk fitur 'Panic Button', Go-Jek mengaku masih mendiskusikannya bersama dengan pihak internal. Namun, pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan keamanan dan berbagai pelayanannya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: