Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Huawei Nilai Industri Telekomunikasi Indonesia Makin Sehat

        Huawei Nilai Industri Telekomunikasi Indonesia Makin Sehat Kredit Foto: Reuters/Philippe Wojazer
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Perusahaan global penyedia infrastruktur teknologi informasi dan komnunikasi serta perangkat cerdas, Huawei optimistis terhadap persaingan sehat di antara operator telekomunikasi Indonesia demi terwujudnya industri telekomunikasi yang semakin sehat.

        "Secara umum ekosistem industri sudah mengarah ke kondisi yang lebih baik, namun masih ada beberapa tantangan yang harus diselesaikan oleh seluruh pelaku industri," kata Chief Technical Officer Huawei Indonesia, Vaness Yew dalam sesi media terbatas di Ubud, Bali, Jumat malam.

        Vaness menjelaskan bahwa ketika bisnis telekomunikasi berpindah dari layanan suara menjadi data, ekosistem industri menjadi tidak sehat akibat beberapa faktor. Menurut Vaness, perang tarif yang dilakukan oleh operator di Indonesia menjadi faktor pertama yang menyebabkan lesunya industri telekomunikasi Indonesia sepanjang tahun 2018.

        "Perang tarif yang dilakukan operator tidak menguntungkan siapapun dan berdampak buruk bagi ekosistem industri. Bayangkan saja Anda satu kali minum kopi di kafe, harganya sama dengan harga paket data satu bulan, saya rasa hal itu tidak fair" kata Vaness.

        Vaness menambahkan, meskipun secara psikologis konsumen merasakan tarif yang lebih murah, tetapi pada dasarnya kualitas layanan yang mereka dapatkan menurun akibat padatnya jaringan ketika perang tarif berlangsung.

        "Skenario persaingan harga tersebut menyebabkan biaya operasional membengkak, operator kemudian tidak memiliki keleluasaan untuk berinvestasi dalam pembangunan jaringan yang baru akibat tingginya biaya operasional mereka," Belum lagi, lanjut dia, soal rerata pendapatan per pengguna (ARPU) yang tidak terkatrol akibat ketatnya persaingan harga tersebut. Dengan ARPU operator yang berkisar di antara Rp20 ribu hingga Rp40 ribu, Indonesia merupakan salah satu negara dengan ARPU terendah di dunia.

        Namun Vaness melihat bahwa kebijakan registrasi kartu sim prabayar yang diwajibkan per April tahun ini berperan penting dalam proses penyehatan industri.

        "Operator bisa berhemat banyak dari pengurangan biaya untuk pencetakan kartu sim. Dengan jumlah pelanggan yang semakin terukur, mereka bisa fokus untuk meningkatkan kualitas jaringan dan layanan", katanya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Hafit Yudi Suprobo

        Bagikan Artikel: