Peredaran hoaks di media sosial sudah sangat mengkhawatirkan. Fenomena ini dianggap sebagai bencana karena sudah merusak cara berpikir masyarakat khususnya pada Pemilu Presiden 2019.Begitu juga di Jawa Barat terdapat banyak hoaks yang beredar di media sosial terutama yang menyerang Presiden Joko Widodo.?
Khaerudin Nurman, Tim Nasional Koordinato Sahabat Rakyat sekaligus Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin menjelaskan, beberapa kabar bohong yang marak beredar di kalangan provinsi terpadat ini seperti stigma anti Islam yang dialamatkan kepada mantan gubernur DKI Jakarta itu.
"Lalu diciptakan hoaks bahwa Jokowi seperti rezim kejam, padahal Jokowi sendiri enggak kejam. Yang penah kejam itu di sebelah," katanya kepada wartawan usai mengikuti Obrolan Pilpres 2019 bertajuk Kongkow Kaum Muda yang digelar Sahabat Rakyat, di Posko Bersama Joko Widodo-Maruf Amin, di Bandung, Rabu (23/1/2019).
Khaerudin juga menyayangkan banyaknya hoaks yang mengaburkan berbagai pembangunan yang telah dilakukan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Para pembuat kabar bohong ini ingin menutup kinerja cemerlang presiden melalui peredaran informasi bohong itu.
"Pak Jokowi ini segala sesuatunya berbuat yang benar. Namun selalu dibangun kebohongan," ucapnya.
Tak hanya itu, dia menilai saat ini masih banyak peredaran hoaks terkait mahalanya harga barang kebutuhan pokok. Padahal, menurut dia saat ini masyarakat mampu membeli barang kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau.
"Harga-harga saat ini terjangkau, tapi dibuat tidak terjangkau. Masyarakat tidak mengeluh soal itu. Jadi keberpihakan Jokowi terhadap Tanah Air itu jelas," ujarnya.
Oleh karena itu, dia ingin pengguna media sosial khususnya generasi muda lebih cermat dalam menerima setiap informasi yang beredar. Bahkan, pihaknya akan berupaya maksimal agar tidak ada peredaran kabar bohong di dunia maya tersebut.
"Ingin membersihkan hoaks, karena banyak hoaks dilakukan lawan yang ingin menjatuhkan pemerintah. Padahal pemerintah sudah bekerja nyata," ujarnya.
Menurutnya, mereka sengaja menyasar generasi muda karena banyak menggunakan media sosial. "Banyak kasus dibuat tim Prabowo, seperti kasus Ratna Sarumpaet kemarin. Ini harus dibersihkan di medsos," imbuhnya.
Generasi muda, lanjut dia, merupakan penerus yang akan membangun bangsa sehingga tidak boleh dicekoki oleh informasi bohong. "Mereka tidak boleh membangun dengan kebohongan. Milenial harus tahu hal-hal yang benar," ungkapnya.
Senada dengan, Ketua KNPI Kota Bandung Hendra Guntara mengatakan, peredaran hoaks di masyarakat sangat berbahaya. Bahkan, menurutnya efek yang ditimbulkan akan lebih besar dibanding korupsi. Oleh karena itu, menurut dia kaum milenial memiliki peranan yang penting dalam memberantas peredaran hoaks di masyarakat.
"Hoaks lebih berbahaya dari koruptor, karena hoaks ini merusak akal sehat," katanya. Kita sangat penting untuk menyadarkan pengguna medsos agar tidak percaya hoaks. Juga agar mereka hanya share informasi yang positif," jelasnya.
Adapun, Presiden Nasional BEM PTNU se-Nusantara Dohir Ananda menyebutkan pihaknya intens berkomunikasi dengan sesama pengguna media sosial untuk menekan hoaks. Selain saling memberi informasi dan pemahaman tentang penghapusan hoaks, pihaknya pun aktif di media sosial untuk menyerang balik peredaran kabar bohong itu.
"Kita harus siap menghadapi dan melawan hoaks. Kita harus kompak, kaji, dan diskusikan lagi kebenarannya," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil