Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Indocement Tingkatkan Pertumbuhan Penjualan Semen Domestik 18,1 Juta Ton Sepanjang 2018

        Indocement Tingkatkan Pertumbuhan Penjualan Semen Domestik 18,1 Juta Ton Sepanjang 2018 Kredit Foto: Antara/Antarafoto.com
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (Indocement) telah membukukan peningkatan volume penjualan semen domestik sebesar 18,1 juta ton sepanjang 2018 atau 5,7% (979 ribu ton) lebih tinggi dari penjualan tahun sebelumnya. Sementara itu, permintaan semen domestik nasional naik sebesar 4,8%, sehingga mengakibatkan pangsa pasar Perseroan semula 25,3% di 2017 menjadi 25,5% pada 2018.

        Director & Corporate Secretary Indocement, Oey Marcos, mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan Klinker domestik, Indocement meningkatkan penjualan klinker domestik sebesar 47,6% lebih tinggi daripada tahun lalu, yaitu dari 650 ribu ton di 2017 menjadi 960 ribu ton pada 2018.

        "Secara keseluruhan, total penjualan Perseroan 2018 naik sebesar 7,0% menjadi 19,2 juta ton (tahun 2017: 17,9 juta ton)," ujar Oey Marcos sesuai keterangan resmi yang diterima Warta Ekonomi di Jakarta, Jumat (23/3/2019).

        Baca Juga: Indocement Resmi Operasikan Terminal Semen Lampung

        Neraca keuangan yang solid

        Pada tahun buku 2018, Marcos melanjutkan, Perseroan membukukan posisi kas bersih dimana kas dan setara kas sebesar Rp7.225,9 miliar. Arus kas yang kuat yang dihasilkan dari operasional dan upaya manajemen untuk meningkatkan modal kerja merupakan kunci untuk mempertahankan neraca yang kuat.

        "Dengan neraca yang kuat dengan tanpa utang pada Bank, Perseroan akan siap menghadapi kompetisi di pasar semen yang sangat ketat di tahun 2019," tambah Marcos.

        Berdasarkan keterangan, Perseroan juga telah melakukan pembayaran dividen sebesar Rp2.576,9 miliar (Rp700 per lembar saham) di bulan Juni 2018 atau 138,6% dari rasio pembayaran dividen, turun dibandingkan tahun lalu sebesar 24,7% (Juni 2017: total Rp3.420 miliar, Rp929 per lembar saham atau 88,4% dari rasio pembayaran dividen).

        Di semester kedua 2019, lanjut Marcos, Indocement mengantisipasi naiknya permintaan domestik bersumber dari lanjutan program infrastruktur dan ekspektasi peningkatan di sektor properti baik hunian maupun komersial sebagai efek domino dari infrastruktur yang lebih baik di berbagai daerah.

        "Kami perkirakan sampai dengan akhir tahun 2019, pertumbuhan konsumsi semen domestik akan mengalami peningkatan sebesar 4% dibandingkan dengan tahun lalu. Permintaan klinker domestik, kami perkirakan juga akan mengalami peningkatan dan Perseroan dalam posisi yang siap untuk memenuhi kebutuhan konsumsi klinker domestik tersebut, di samping juga terus menjajaki pangsa pasar klinker ekspor," jelasnya.

        Baca Juga: Masih Oversupply, Saham Indocement Terjungkal 40,65% dalam 6 Bulan

        Lebih lanjut Marcos menambahkan, biaya-biaya produksi Indocement diperkirakan akan membaik dikarenakan penguatan Rupiah dan penurunan harga batubara dan minyak di semester I-2019. Efisiensi di segala bidang untuk menekan biaya produksi akan terus dilakukan oleh Perseroan di antaranya dengan mengoperasikan pabrik terbaru dan paling efisien (P14) dengan kapasitas sebesar 4,4 juta ton di Citeureup secara penuh sehingga mampu menekan biaya sebesar USD7-8/ton dibandingkan dengan pabrik yang lebih tua; memakai batu bara dengan kalori lebih rendah.

        "Pemakaian bahan bakar alternatif juga terus dilakukan untuk menekan biaya energi dari pemakaian batubara. Di samping itu Perseroan akan memperoleh efisiensi dari biaya logistic & distribusi dengan telah beroperasinya secara penuh dua terminal semen terbaru di Palembang dan Lampung," ungkap Marcos.

        Untuk diketahui, Perseroan telah menaikkan harga jual semen di seluruh Indonesia untuk mengatasi kenaikan biaya produksi sehubungan khususnya harga beli batu-bara, BBM (fuel) dan kertas untuk kantong semen yang naik signifikan, serta melemahnya Rupiah terhadap US$ di tahun 2018. Di satu sisi, Perseroan mampu tetap menjaga pertumbuhan volume yang positif.

        Menurut Marcos, kedua faktor itulah yang menyebabkan kenaikan Pendapatan Neto 2018. Pertumbuhan Laba Operasi 2018 mengalami koreksi disebabkan oleh kenaikan harga jual dan volume penjualan yang masih lebih kecil daripada Kenaikan biaya khususnya biaya energi dan distribusi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Kumairoh
        Editor: Kumairoh

        Bagikan Artikel: