Saham emiten farmasi, PT Phapros Tbk (PEHA), pada perdagangan Rabu (03/07/2019) terpantau mengalami koreksi yang cukup dalam. Pada penutupan sesi I, harga saham Phapros sudah tergerus 2,93% dari Rp1.890 per saham menjadi Rp1.825 per saham.?
Koreksi tersebut melanjutkan pelemahan saham Phapros pada hari kemarin yang ditutup minus 0,79% ke level Rp1.880 per saham. Berdasarkan pantauan riwayat perdagangan di Bursa, saham Phapros tercatat minus 31,13% atau setara dengan minus 35,05% dalam enam bulan terakhir.?
Baca Juga: Kantongi Kontrak Baru, Phapros Berpotensi Cuan Rp1 Triliun
Bak kurang peminat, dalam setengah hari perdagangan ini hanya ada 5,60 ribu saham Phapros yang diperdagangkan dengan frekuensi 19 kali transaksi. Nilai transaksi yang dibukukan juga hanya sebesar Rp10,35 juta.?
Hal sebaliknya justru nampak pada perdagangan saham emiten farmasi yang belum lama ini mengakuisisi Phapros, yaitu PT Kimia Farma Tbk (KAEF). Dibuka dengan level Rp3.300 per saham, kini harga saham Kimia Farma naik 1,52% menjadi Rp3.350 per saham.
Baca Juga: Ekspansi ke Mekkah dan Madinah, Saham Kimia Farma Top!
Apabila diakumulasikan, dalam sebulan terakhir saham Kimia Farma terkoreksi 1,18%, namun saham tersebut terapresiasi 8,06% dalam kurun waktu tiga bulan. Hal itu ditopang oleh dana investasi asing yang masuk sebesar Rp237,00 juta selama tiga bulan ke belakang.
Untuk perdagangan sesi I, sejumlah 265,80 ribu saham Kimia Farma diperdagangkan dengan frekuensi 150 kali transaksi dan nilai transaksinya mencapai Rp900,83 juta.?
Baca Juga: Investasi Asing di Industri Farmasi Nasional Rontok, BKPM Bilang. . . .
Sebagai informasi, geliat investasi di industri farmasi tanah air dalam beberapa tahun terakhir cenderung kurang diminati. Hal itu tergambarkan melalui informasi yang dikemukakan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).?
Direktur Perencanaan Jasa dan Kawasan BKPM, Nurul Ichwan, menginformasikan bahwa investasi asing untuk sektor farmasi di Indonesia pada tahun 2018 lalu menurun drastis sebesar 29,12% dari Rp3,33 triliun menjadi Rp2,36 triliun. Faktor infrastruktur diklaim menjadi penyebab utama menurunnya minat asing untuk berinvestasi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih