Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ramai Peminat, Mega Mau Pemilihan Pimpinan MPR Secara Aklamasi

        Ramai Peminat, Mega Mau Pemilihan Pimpinan MPR Secara Aklamasi Kredit Foto: Antara/Aji Styawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pemilihan paket Pimpinan MPR menjadi dinamika yang cukup menarik karena sejumlah partai politik (parpol) menginginkan posisi ketua. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Golkar, misalnya dua parpol Koalisi Indonesia Kerja (KIK) yang sama-sama mengincar posisi Ketua MPR.

        Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dalam berbagai kesempatan, terang-terangan menyatakan keinginannya untuk merebut kursi Ketua MPR. Namun, Partai Golkar yang meraih kursi terbanyak kedua di DPR RI setelah PDIP merasa lebih berhak atas kursi Ketua MPR. Sementara PDIP yang sudah mendapatkan kursi Ketua DPR sebagai pemenang pemilu, juga tidak menutup pintu untuk ikut merebut kursi Ketua MPR.

        Tidak hanya parpol KIK, Partai Gerindra pun merasa pantas untuk ikut berebut kursi Ketua MPR. Begitu pula Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, saat bertemu Presiden Jokowi usai gelaran pilpres di Istana Negara juga disebut-sebut salah satu tema pembicaraannya adalah soal posisi Pimpinan MPR.

        Baca Juga: Di Kongres PDIP, Ada Lobi-Lobi Paket Pimpinan MPR?

        Ketua DPP Bidang Luar Negeri Ahmad Basarah mengatakan, partainya menginginkan paket Pimpinan MPR dipilih secara aklamasi. Karena itu, dalam menyusun paket pimpinan diperlukan koalisi tidak hanya dengan internal parpol KIK, tapi juga parpol yang pada Pilpres 2019 bergabung dalam barisan Koalisi Adil Makmur (KAM).

        "Karena Bu Mega menginginkan agar Pimpinan MPR itu dipilih secara aklamasi, bukan secara voting maka salah satu cara untuk bisa menuju pada pemilihan Pimpinan MPR secara aklamasi, secara musyawarah mufakat, tentu harus ada kompromi dengan unsur parpol dari Koalisi Adil Makmur, bergabung di dalam komposisi kepimpinan MPR yang akan datang ini," tutur Basarah yang saat ini menjabat Wakil Ketua MPR pada Minggu (11/8/2019).

        Mengenai siapa yang akan menduduki posisi Ketua atau Wakil Ketua MPR, menurut Basarah, hal itu nanti menjadi wewenang para ketua umum masing-masing parpol atas persetujuan Presiden Jokowi.

        Baca Juga: Kalau Tak Dapat Kursi Ketua MPR, Gerindra Jangan Marah Yah?

        "Ya nanti kita lihat pada akhirnya Pak Jokowi, Ibu Mega akan mengadakan pertemuan dengan ketum-ketum partai politik Koalisi Indonesia Kerja. Tentu di dalam forum pertemuan itu semua akan dimusyawarahkan, semuanya akan diambil keputusan-keputusan secara mufakat. Saya yakin dengan niat baik untuk menjaga keutuhan bangsa, menjaga persatuan bangsa, insyaAllah segala ikhtiar untuk menyatukan semua kekuatan bangsa ini bisa dicapai dalam forum musyawarah mufakat," paparnya.

        PDIP sendiri memiliki kepentingan terkait kursi Pimpinan MPR. Berdasarkan hasil Kongres V Bali yang berakhir pada Sabtu (10/8/2019), salah satu poin yang disepakati adalah mengusung agenda amandemen terbatas UUD 1945. PDIP menginginkan lima orang pimpinan MPR berdasarkan perintah UU MD3 yang sekarang itu adalah figur-figur dan partai-partai politik yang sepakat dengan agenda amandemen terbatas UUD 45 ini," papar Basarah.

        Oleh karena itu, partainya ingin memanfaatkan waktu yang ada untuk membuka forum-forum musyawarah untuk mencapai pada kesepakatan agar partai-partai yang tergabung dalam KIK, setelah bersama-sama berdiskusi dan mendapat persetujuan Presiden Jokowi selaku presiden terpilih. "Kita akan menyepakati komposisi Pimpinan MPR dari Koalisi Indonesia Kerja atau bersama-sama dengan unsur dari Koalisi Adil Makmur yang bersepakat, yang commited, yang setuju diadakannya agenda amandemen terbatas UUD 1945," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Clara Aprilia Sukandar

        Bagikan Artikel: