Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan jika kinerja pasar modal Indonesia pada tahun ini berjalan dinamis. Kondisi tersebut tidak lepas dari pengaruh perekonomian domestik dan global.
Jika dilihat, laju indeks harga saham gabungan (IHSG) pada penutupan 9 Agustus 2019 berada pada posisi 6,282.13 poin atau meningkat 1,41% dibanding osisi pada penutupan perdagangan akhir tahun 2018 yang berada di level 6,194,50 poin. IHSG pernah berada pada level tertingginya di 6,547.88 poin pada penutupan perdagangan tanggal 6 Februari 2019 lalu.?
Baca Juga: OJK Desak Bursa Dkk Kerja Keras!
Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso pun membeberkan beberapa faktor domestik dan global yang turut memberikan pengaruh terhadap pasar modal. Dari domestik terdapat pemilihan presiden yang berjalan kondusif, kemudian tingkat inflasi yang stabil tercatat di bulan Juni ada pada level 2,50% (ytd) atau 3,28% (yoy). Adapula faktor peningkatan sovereign credit rating pemerintah dari BBB-/outlook stabil menjadi BBB/outlokk stabil.
?Neraca perdagangan Indonesia secara year to date per Juni masih tercatat defisit sebesar US$1,93 miliar, ditambah dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi pemerintah tahun ini yang hanya akan berada di angka 5,2% turun dari target awal 5,3%,? ujarnya, di Jakarta, Senin (12/8/2019).?
Wimboh mengungkapkan bila BI pun sudah merespons perlambatan ekonomi global dan tren penurunan suku bunga? dengam menurunkan suku bunga acuan BI 7day Reverse Repo Rate sebesar 0,25% menjadi 5,75%.
Wimboh memperkirakan, penurunan BI 7day Reverse Repo Rate tersebut bukan merupakan kebijakan suku bunga yang terakhir bagi bank sentral, lantaran masih ada ruang untuk melanjutkan langkah menurunkan suku bunga acuan. "BI sudah mernurunkan bunga acuan. Ini bukan yang terakhir, masih ada room untuk menurunkan lagi," katanya.
Baca Juga: Bos OJK Kasih Sinyal Waspada Buat Pasar Modal, Katanya. . .
OJK juga berharap agar pemerintah bisa menumbuhkan ekonomi melalui bidang-bidang lain, seperti sektor pariwisata. ?Pertumbuhan ekonomi kita semakin sulit pada hampir tiga tahun terakhir. Barangkali tahun ini pertumbuhan ekonomi kita bisa terjamin jika sektor riil bangkit. Dan, pertumbuhan kredit juga sudah double digit," ucapnya.
Sementara itu, faktor global yang mempengaruhi pasar modal tidak lain karena adanya ketidakpastian perang dagang antara China dan Amerika Serikat. ?Kemudian juga IMF kan kembali menurunkan proyeksi perekonomian global pada tahun 2019 dan 2020 masing-masing menjadi sebesar 3,2% dan 3,5%,? pungkasnya.?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri