Tampilkan Adegan di dalam Gereja, Petisi Boikot Film The Santri Muncul
Film The Santri yang dibuat Livi Zheng mendapat protes keras dengan munculnya petisi boikot yang beredar di change.org. Petisi boikot tersebut dibuat serta kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Orang yang memboikot memakai akun bernama Muhammad Saleh, ia orang pertama kali menginisiasi petisi terhadap Film The Santri tersebut. Tercatat sudah 140 orang telah ikut berpartisipasi menandatanganinya.
Dalam petisi tersebut bertuliskan, "Film The Santri tidak sesuai dengan kehidupan santri yang sesungguhnya yang dimana santri tidak dianjurkan untuk bercengkrama dengan lawan jenis. Karena sejatinya santriwan dan santriwati pondoknya terpisah bahkan berjarak jauh".
Baca Juga: Rayakan Hari Jadi ke-46, Warkop DKI Hadir dalam Bentuk Kartun
Tak hanya itu, dalam trailer Film The Santri, ada sebuah adegan yang mempertontonkan santri ke gereja dengan membawa tumpeng sebagai simbol toleransi. Hal itulah yang dianggap tidak sesuai dengan nilai toleransi yang dianut agama Islam.
Film The Santri dinilai ingin membuat sejarah baru dalam dunia pesantren. Sebab, para santri sebenarnya tidak diperbolehkan keluar tanpa pengawasan guru dan dalam keadaan yang genting.
Baca Juga: BJ Habibie Meninggal Dunia, Rilis Film Habibie & Ainun 3 Diundur
Petisi yang dibuat mendapat beragam komentar dari warganet. Banyak dari mereka yang mendukung dan menilai Film The Santri tidak mencerminkan kehidupan pesantren yang sesungguhnya.
"Karena sesuai pernyataan ketua umum FSI (Front Santri Indonesia) yang menyatakan film ini tidak mencerminkan santri yang di pesantren," komentar seorang netizen.
Selain menolak, ada juga yang mendukung agar Film The Santri untuk diboikot karena dianggap dapat merusak aqidah Islam.?
"Film ini harus diboikot karena merusak aqidah Islam," komentar warganet lainnya.
Menurut Ketua Komisi Dakwah MUI, KH Cholil Nafis pun telah memberikan tanggapannya mengenai kontroversi Film The Santri. Ia mengaku tak ingin berkomentar banyak karena belum menonton keseluruhan film tersebut.
"Tipologi pesantren itu beda-beda. Ada pesantren yang ketat dan sama sekali tidak melihat perempuan. Ada pesantren relatif modern itu biasanya sekolah terpisah namun kan kadang-kadang kegiatan bisa bersama, tapi tetap dijaga bercampurnya lelaki dan perempuan. Ada pesantren yang juga sekolahnya bareng laki-laki dan perempuan," jelas ulama 44 tahun tersebut saat dihubungi oleh Okezone melalui sambungan telepon, Kamis (19/9/2019)
Adanya sebuah adegan yang menjadi sorotan masyarakat yakni dua santriwati masuk ke dalam gereja untuk mengantarkan tumpeng, Cholil menyatakan sebenarnya pesantren tidak diberi akses untuk interaksi dengan lain agama.
"Kalau konteksnya seperti apa, kan kita enggak tahu kasih tumpeng itu karena apa itukan dilihat dari kontur masalahnya. Kita tidak bisa menilai itu seperti apa, bisa jadi memberi tumpeng karena ada apa," tutup Cholil.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Abdul Halim Trian Fikri
Tag Terkait: