Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Waduh, Buat Apa Kapal Selam Nuklir China ada di Laut Sengketa? Ngeri Juga . . . .

        Waduh, Buat Apa Kapal Selam Nuklir China ada di Laut Sengketa? Ngeri Juga . . . . Kredit Foto: Foto/Istimewa
        Warta Ekonomi, Surakarta -

        Kapal selam nuklir super besar milik China muncul tiba-tiba di wilayah sengketa, Laut China Selatan. Para ahli pun menilai itu sebagai peristiwa yang tidak biasa.

        Benda raksasa itu muncul bulan lalu, tapi?baru terungkap beberapa hari ini setelah media Vietnam melaporkan kapal-kapal nelayan mereka yang ketakutan. Kapal selam nuklir China tersebut muncul di antara kapal-kapal nelayan Vietnam ketika Beijing mulai putus asa dalam sengketa teritorial.

        Menurut analis perang kapal selam internasional H.I. Sutton, "kapal selam China Type 094 Kelas Jin berbobot 11.000 ton muncul dari dalam laut di antara kapal-kapal penangkap ikan yang beroperasi di Kepulauan Paracel."

        Baca Juga: Trump Bilang Bakal 'Damai' dengan China, Kapan Tuh?

        Tak jelas apakah kejadian itu merupakan aksi intimidasi yang disengaja atau justru insiden memalukan dari militer Beijing yang dilihat para rival yang ikut mengklaim Kepulauan Paracel.

        "Penyelaman di wilayah negara lain merupakan hal tak biasa dan menunjukkan, ada sesuatu yang salah," tulis dia dalam analisanya, seperti dikutip news.com.au, Jumat (18/10/2019). "Sesuatu yang cukup serius untuk menjamin pengorbanan aset utamanya; (teknologi) siluman," lanjutnya.

        Satu-satunya tujuan kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir seperti Kelas Jin adalah untuk tetap berada di bawah air laut selama berbulan-bulan. Kapal jenis ini biasanya beroperasi untuk tetap tak terlihat. Sebagai pencegah serangan mendadak, kapal ini menjadi ancaman bagi musuh-musuh China.

        Sutton menggunakan kapal selam semacam itu untuk "mengirim pesan" kepada Vietnam.

        Penampilan kapal selam itu diduga untuk menekankan motivasi utama Beijing untuk mengklaim apa yang disebutnya sebagai "Nine-Dash Line" atau "First Island Chain?. Selain China, negara lain yang berebut klaim kepulauan itu adalah Taiwan, Filipina, Malaysia dan Vietnam.

        China telah membangun serangkaian pulau buatan secara ilegal yang mengubah seluruh area menjadi danau yang dikuasai Beijing. Pembangunan pulau-pulau buatan itu bukan tanpa tujuan. Dengan pembangunan itu, kapal selam nuklir China dapat bersembunyi di kedalaman perairannya, yang membuat China merasa aman karena mengetahui bahwa kapal selam atau pesawat terbang yang berseberangan akan merasa kesulitan untuk menerobos masuk.

        "Kelas Jin adalah kapal selam rudal terbaru di gudang senjata Tiongkok," tulis Sutton di Forbes. "Enam telah dibangun dan sudah menjadi tulang punggung pencegah nuklir China di laut."

        Ketakutan kapal-kapal nelayan China baru saja terungkap di media Vietnam setelah insiden itu terjadi bulan lalu.

        "Mungkin kapal selam itu telah terjerat dalam jaring ikan, atau takut hal itu akan terjadi," tulis Sutton. "Melaut mungkin menyelamatkan nyawa para nelayan, atau awak kapal selam," ujarnya.

        Kapal selam itu muncul lebih 300 km dari markasnya di Sanya di pulau Hainan, China.

        Penjaga Pantai yang dikontrol Angkatan Laut China dan kapal-kapal survei telah terlibat dalam konflik yang berkepanjangan dengan Vietnam di daerah itu dalam beberapa bulan terakhir. Operasi pengeboran gas dan minyak Vietnam-Rusia telah menjadi pusat operasi interferensi, dengan China berusaha menegaskan kepemilikannya atas wilayah yang disebut Vanguard Bank.

        "China memperluas cengkeramannya di laut yang kaya sumber daya, tetapi telah cukup berhati-hati untuk melakukan ini secara bertahap, langkah demi langkah," tulis analis urusan geopolitik Bahauddin Foizee. ?Pendekatan yang lambat ini menarik protes yang lebih rendah dari komunitas internasional. Menggunakan waktu sebagai senjata, China perlahan-lahan memperluas cengkeramannya."

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Tanayastri Dini Isna

        Bagikan Artikel: