Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bahaya Banget! Petinggi Negara Sekutu Amerika Serikat Jadi Korban 'Teror' Perusahaan Israel

        Bahaya Banget! Petinggi Negara Sekutu Amerika Serikat Jadi Korban 'Teror' Perusahaan Israel Kredit Foto: GettyImage
        Warta Ekonomi, Surakarta -

        Pejabat senior pemerintah, khususnya di sejumlah negara sekutu Amerika Serikat (AS) menjadi target serangan siber ke aplikasi WhatsApp, memakai perangkat lunak produksi perusahaan Israel, NSO Group.

        Menurut sumber yang mengetahui proses investigasi WhatsApp, korban didominasi oleh pejabat tinggi pemerintah dan pejabat militer dari 20 negara di 5 benua. Mayoritasnya merupakan sekutu AS.

        Peneliti Senior di Citizen Lab, John Scott-Railton memaklumi penargetan pejabat negara dalam serangan siber yang menimpa WhatsApp. "Banyak teknologi yang dicap untuk penyelidikan penegakan hukum dimanfaatkan untuk spionase negara lain," kata Scott-Railton, dikutip dari Reuters, Jumat (1/11/2019).

        Baca Juga: Duh! Pengguna Harus Waspada, Perusahaan Israel Ini Dituding Bobol Ribuan Akun WhatsApp

        Setidaknya, ada 1.400 pengguna WhatsApp yang diserang pada periode 29 April-10 Mei 2019; bahkan bisa lebih dari itu. Seorang pengacara HAM berbasis di London yang menjadi korban, mengonfirmasi foto-foto upaya pembobolan teleponnya sejak 1 April lalu.

        Orang-orang di penyelidikan mengatakan, "beberapa korban berlokasi di Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Bahrain, Meksiko, pakistan, dan India."

        WhatsApp sudah menggugat NSO Group sebagai pengembang perangkat lunak yang digunakan untuk meretas celah keamanan di WhatsApp. Perusahaan itu dilaporkan menjual?spyware secara ekslusif kepada klien pemerintah.

        Sejumlah warga negara India, termasuk jurnalis, akademisi, pengacara, dan pembela komunitas Dalit India juga mengaku menjadi korban serangan. Akan tetapi, pengakuan itu diragukan sejumlah pihak.

        Sementara itu, NSO mengaku tak bisa menyebutkan rincian detail pengguna perangkat lunaknya. Perusahaan itu juga membantah tudingan-tudingan soal serangan itu dan mengatakan produknya dibuat untuk membantu pemerintah menangkap teroris dan penjahat.

        Para peneliti keamanan siber meragukan pengakuan NSO sebab menurut mereka, perangkat luank itu sudah disalahgunakan untuk melepaskan beragam serangan, termasuk oleh demonstran di bawah pemerintahan otoriter.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Tanayastri Dini Isna
        Editor: Tanayastri Dini Isna

        Bagikan Artikel: