Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Duh, Kebebasan Publik Makin Ketat Aja Nih Di Periode Kedua Jokowi

        Duh, Kebebasan Publik Makin Ketat Aja Nih Di Periode Kedua Jokowi Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei tentang modal dan tantangan kebebasan sipil, intoleransi dan demokrasi di awal periode kedua pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Ditemukan ada kecenderungan memburuknya kebebasan sipil.

        Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan mengatakan, publik yang menganggap bahwa sekarang masyarakat takut bicara politik semakin banyak, yakni 43%. Jumlah ini meningkat tajam dibanding 2014 yang hanya 17%.

        "Mereka yang menyatakan sekarang warga takut karena penangkapan semena-mena oleh aparat hukum juga naik, dari 24% pada 2014 menjadi 38%," kata Djayadi saat jumpa pers di Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (3/11/2019).

        Baca Juga: Survei Membuktikan: 57% Anak Muda Indonesia Tak Percaya Jokowi

        Djayadi melanjutkan, responden yang menyatakan bahwa sekarang warga takut berorganisasi juga naik, dari 10% pada 2014 menjadi 21%. Hal yang sama juga dalam hal ketidakbebasan beragama, dari 7% pada 2014 menjadi 13%.

        "Dalam hal kebebasan pers juga tampak belum menggembirakan. Mereka yang beranggapan bahwa media massa kita bebas dan tidak disensor pemerintah cukup banyak, 43%. Namun yang menyatakan tidak bebas dan disensor pemerintah juga besar, 38%," tuturnya.

        Baca Juga: Survei Membuktikan: Publik Dukung Suara Mahasiswa agar Jokowi Terbitkan Perppu

        "Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa masyarakat merasakan kebebasan sipil yang menjadi pondasi demokrasi belum baik dan bahkan cenderung memburuk," sambung Djayadi.

        Survei LSI dilaksanakan pada 8-17 September 2019. Populasi survei ini adalah warga negara Indonesia yang sudah berumur 17 tahun atau lebih. Responden dalam survei ini sebanyak 1.550. Margin of error dari ukuran sampel tersebut kurang lebih 2,5% pada tingkat kepercayaan 95%.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: