Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Partisipasi CIIE 2019, Indonesia Raup US$4,1 Miliar

        Partisipasi CIIE 2019, Indonesia Raup US$4,1 Miliar Kredit Foto: Kemendag
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Partisipasi Indonesia pada The 2nd China International Import Expo (CIIE) 2019 yang digelar di Shanghai, Tiongkok pada 5?10 November 2019 membukukan nilai transaksi sebesar US$4,1 miliar. Capaian transaksi ini berasal dari kegiatan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) untuk produk biji plastik daur ulang, sarang burung walet, oleo chemical, serta batu bara.

        "Perolehan tersebut menunjukkan peluang pasar China masih terbuka lebar. Selain itu, nilai tersebut masih ada kemungkinan untuk bertambah," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Dody Edward, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (14/11/2019).

        Baca Juga: Dongkrak Ekspor ke China, Indonesia Ikuti CIIE

        Dody menyampaikan, terdapat potensi transaksi dagang yang masih ditindaklanjuti untuk produk biskuit, kopi, jus, sarang burung walet, produk turunan kelapa sawit, dan biji plastik daur ulang. Selain itu, terdapat penandatanganan MoU untuk proyek investasi dari Tiongkok.

        China Coal Import Summit 2019

        Di sela CIIE, Dody juga menghadiri pertemuan China Coal Import Summit (CCIS) 2019 di Shanghai, Tiongkok pada Sabtu (9/11). Pertemuan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan CIIE 2019. Pada pertemuan ini, Dody menyampaikan peluang ekspor batu bara Indonesia ke pasar China.

        "Ekspor batu bara Indonesia ke China berpeluang untuk terus ditingkatkan, mengingat masih banyak potensi sumber daya yang masih dapat dikelola," ujarnya.

        Dody menjelaskan, Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan terus menjadi pemain penting dalam industri pertambangan global dengan produk utama batu bara, tembaga, emas, timah, bauksit, dan nikel. Indonesia menjadi salah satu penghasil batu bara terbesar di dunia.

        Sementara, China merupakan tujuan utama ekspor batu bara Indonesia. Ekspor batu bara Indonesia ke China terus meningkat selama dua tahun terakhir dan memiliki potensi untuk tumbuh. Pada 2018, ekspor batu bara ke China mencapai US$6 miliar dengan pangsa hampir 25 persen dari total ekspor Indonesia ke dunia.

        Dody melanjutkan, selain sebagai sumber energi untuk pembangkit listrik, batu bara memainkan peran penting dalam mendukung perekonomian Indonesia. Pemerintah Indonesia memiliki komitmen kuat dalam mempromosikan perdagangan berkelanjutan dengan mendorong peningkatan produk pertambangan bernilai tambah dan membuat peraturan pendukung untuk memberikan peluang pendirian pabrik pengolahan serta pemurnian mineral di Indonesia.

        Sumber daya dan cadangan mineral dan batu bara Indonesia masih prospektif di masa depan, baik untuk industri hulu maupun industri hilir. Namun demikian, industri batu bara Indonesia masih membutuhkan investasi untuk memaksimalkan potensinya.

        "Sebagai mitra utama dalam perdagangan batu bara Indonesia, China diharapkan dapat berinvestasi dalam pengembangan teknologi batu bara bersih yang akan diterapkan di Indonesia. Indonesia akan melanjutkan reformasi perdagangan dan investasi untuk menjadi lebih terintegrasi ke dalam ekonomi dunia," terang Dody.

        Pada pertemuan ini, Dirjen PEN bersama Duta Besar RI di Beijing, Djauhari Oratmangun, menyaksikan penandatanganan MoU antara perusahaan batu bara seluruh dunia dengan perusahaan China dengan volume total mencapai 82,2 juta ton. Dari total volume tersebut, batu bara asal Indonesia tercatat sebesar 40,56 juta ton dari 19 perusahaan Indonesia.

        Peluncuran Produk Turunan Sarang Burung Walet

        Pada kunjungan kerjanya di China, Dody juga menghadiri peluncuran produk turunan sarang burung walet Yan Ty Ty (PT Anugerah Citra Walet Indonesia) yang diadakan di Hotel Courtyard Marriot Shanghai, China pada Sabtu (9/11). Pada acara ini, Dody berharap produk turunan sarang burung walet dari Yan Ty Ty dapat menjadi gambaran kualitas produk Indonesia.

        "Indonesia merupakan pemasok pasar dunia untuk produk sarang burung walet dengan sekitar 80 persennya diekspor ke China. Diharapkan, produk turunan sarang burung walet dari Yan Ty Ty dapat menjadi gambaran produk sarang burung walet asal Indonesia yang berkualitas dan higienis," kata Dody.

        Baca Juga: Dongkrak Ekspor, BI Dorong Percepatan Sertifikasi Halal

        Forum Perdagangan dan Ekonomi Ningbo-Indonesia

        Sehari sebelumnya (8/11), Dody menghadiri forum Perdagangan dan ekonomi Ningbo-Indonesia di Ningbo, China. Acara ini juga dihadiri Duta Besar RI di Beijing Djauhari Oratmangun, Konsulat Jenderal RI di Shanghai Deny W. Kurnia, Kepala Indonesia Trade Promotion Center Shanghai Indra Prahasta, Perwakilan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta Ketua Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) Budiharjo Iduansjah.

        Kegiatan ini diselenggarakan oleh Biro Perdagangan Kota Ningbo dan HIPPINDO. Forum ini dilaksanakan bersamaan dengan China Ningbo Food Expo. Pada pameran ini Indonesia turut berpartisipasi dengan menampilkan produk makanan, minuman, serta industri pendukungnya.

        Perdagangan Indonesia-China

        China merupakan mitra dagang terbesar Indonesia selama delapan tahun terakhir. Pada 2018, total perdagangan kedua negara mencapai US$72,6 miliar. Ekspor Indonesia ke China tercatat sebesar US$27,1 miliar.

        Produk ekspor utama Indonesia ke China adalah gas bumi, batu bara, minyak kelapa sawit, dan bubur kayu. Sementara, produk impor Indonesia dari China adalah adalah produk elektronik, bawang putih, mesin, besi, dan baja.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: