Menghadapi era industri 4.0 tantangan sektor pertanian di Indonesia ternyata masih banyak. Digitalisasi, mekanisasi, dan modernisasi tentu menjadi tantangan utama. Selain itu, masalah perubahan lingkungan dan sumber daya alam pertanian, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, ketahanan, keamanan dan diversifikasi pangan, sumber daya manusia hingga regulasi.
Irsan Rajamin, Pendiri Habibi Garden, startup di bidang pertanian yang menerapkan Internet of Things (IoT) untuk pertanian di Indonesia, mengatakan, usia seseorang bukanlah satu-satunya faktor berkurangnya sumber daya manusia di sektor pertanian Indonesia.
Produktivitas yang rendah, yang disebabkan oleh kurangnya akses ke teknologi dan informasi pertanian modern, telah memaksa banyak petani untuk beralih ke pekerjaan yang lebih cepat menghasilkan.
Baca Juga: Era Industri 4.0, RI Masih Impor Cangkul. Ketertinggalan Jauh!
Bagi milenial, profesi petani identik dengan pekerjaan kasar, berkotor-kotoran, dan berpenghasilan rendah. Sementara milenial sangat akrab dengan gadget, media sosial, dan teknologi digital.
"Maka kami menawarkan solusi, bagaimana memanfaatkan teknologi pertanian 4.0 untuk menarik milenial agar mau terjun di sektor pertanian," ujar Irsan dalam media gathering bertajuk 'Strategi dan Kebijakan Pertanian di Indonesia 2019-2024: Pembangunan Pertanian di Era Industri 4.0 dan Kesiapan Milenial Menuju Indonesia Emas 2045' di Jakarta (12/12/2019).
Irsan juga mempresentasikan beberapa proyeknya yang telah berhasil dalam pemanfaatan IoT. Ia mencontohkan keberhasilan Sarwo, seorang petani cabe di Lampung, yang berhasil meningkatkan produksinya hingga 8 ton per hektare setelah memanfaatkan teknologi digital kreasi Habibi Garden dalam pemantauan kebutuhan air pada tanaman cabe.
Sementara Iskandar Andi Nuhung, Chairman Institute for Food and Agriculture Development Studies (IFADS), menambahkan, untuk menjawab tantangan sektor pertanian, semua stakeholders perlu bersinergi dan berkontribusi dalam bidang Food and Agriculture (FA). Tidak hanya pemerintah atau Kementerian Pertanian, tetapi juga penyuluh lapangan, pemerintah daerah, industri, akademisi, milenial maupun media.
Dalam kegiatan tersebut diungkap, populasi masyarakat Indonesia diperkirakan mencapai 300 juta pada 2030. Hal itu membuat pemerintah harus mengantisipasi langkah-langkah tepat untuk menyediakan pangan yang memadai, aman, dan berkualitas.
Berbagai upaya tentu perlu dilakukan, seperti meningkatkan produksi pertanian yang diselaraskan dengan program berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Pemerintah pun telah mempunyai Roadmap SDGs menuju 2030 yang sejalan dengan SDGs yang telah ditetapkan oleh PBB. Tujuan SDGs dalam bidang pertanian adalah mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan nutrisi yang lebih baik dan mendukung pertanian berkelanjutan.
Beberapa komitmen yang bisa dilakukan, antara lain membuat tanaman menjadi lebih efisien, menyelamatkan lebih banyak lahan pertanian, membantu keanekaragaman hayati untuk berkembang, memberdayakan petani kecil, mendukung keamanan pangan bagi manusia, dan melindungi setiap pekerja.
Untuk mewujudkan berbagai komitmen tersebut di Indonesia, maka perlu didukung sumber daya manusia (SDM), khususnya petani dan penyuluh pertanian. Tantangannya adalah sebagian besar petani Indonesia berusia 45 tahun ke atas atau lebih. Tanpa regenerasi, Indonesia terancam kekurangan SDM yang bekerja di sektor pertanian.
"Untuk itu pemerintah dan industri perlu mendorong generasi milenial untuk terjun di sektor pertanian," tambah Andi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: